Donald Trump memulai lawatannya di Arab Saudi, di mana ia mengatakan dalam suatu pertemuan para pemimpin Muslim bahwa ia tidak berada di sana untuk menguliahi.
“Saya berada di sini bukan untuk memberitahu orang lain mengenai cara hidup, apa yang harus dilakukan, cara bersikap atau mengenai cara beribadah,” ujar Presiden Trump.
Tetapi pada akhir lawatan, apa yang ditekankan oleh Trump berubah dramatis. Pada KTT NATO di Brussels, Trump mengecam sekutu-sekutu Amerika karena tidak mengeluarkan cukup dana untuk biaya pertahanan.
“Ini tidak adil bagi rakyat dan pembayar pajak di Amerika Serikat, dan banyak di antara negara-negara itu yang berutang sejumlah besar uang dari tahun-tahun silam.”
Pernyataan itu jelas menimbulkan perasaan risih di kalangan para pemimpin lainnya, dan semakin menambah kekakuan di antara mereka karena Trump tidak mau berkomitmen pada tekad untuk saling membela di antara anggota-anggota NATO.
Phillip T. Lohaus dari lembaga kajian American Enterprise Institute mengemukakan:
“Ia mengirim sinyal yang cukup beragam kepada sekutu-sekutu kita. ‘Jika Anda tidak mau berkomitmen sepenuhnya, atau tidak bersedia muncul dan menyatakan berkomitmen sepenuhnya,’ maka menurut saya hal tersebut tidak akan benar-benar mendorong pihak lain untuk bergabung sepenuhnya dengan aliansi.”
Di tengah-tengah lawatannya tersebut, Trump mengunjungi Israel dan wilayah Palestina. Ia mengemukakan optimismenya mengenai proses perdamaian Timur Tengah. Akan tetapi ia hanya mengemukakan sedikit rincian mengenai rencananya untuk memajukan proses tersebut.
Salah satu caranya mungkin adalah mempersatukan negara-negara Arab dan Israel berdasarkan kesamaan perasaan mereka yang tidak mempercayai Iran.
Mengecam Iran ternyata merupakan tema penting dalam lawatan ke luar negeri Trump, kata wartawan Amerika keturunan Iran Negar Mortazavi melalui Skype.
“Tampaknya ia berusaha menempatkan Iran di posisi teratas dalam daftar musuh, setidaknya jika ini berkenaan dengan Timur Tengah dan upaya membentuk sekutu-sekutu baru, yang pada dasarnya punya kesamaan, yaitu menganggap Iran sebagai musuh.”
Trump juga bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Selain itu, ia mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Italia, yang umumnya berjalan lancar.
Trump menyatakan lawatan ke luar negeri pertamanya berhasil, seraya mengemukakan melalui cuitan di Twitter bahwa ia mendatangkan “miliaran dolar dan jutaan lapangan kerja" bagi Amerika Serikat.
Presiden Donald Trump kini telah kembali di Washington, di mana pemerintahannya terancam akan disibukkan oleh kontroversi yang kian besar terkait masalah Rusia. [uh/lt]