Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat, Wakil Presiden Kamala Harris tampak semakin aktif merangkul warga Amerika Arab dan Muslim, terutama di Michigan, negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama. Sementara itu, mantan Presiden Donald Trump, kandidat calon presiden (capres) yang diusung Partai Republik, justru berhasil menarik dukungan besar dari kelompok tersebut, yang merasa kecewa dengan kebijakan Presiden Joe Biden terkait konflik Israel-Hamas di Gaza.
Trump pada Jumat (1/11) mengunjungi sebuah kafe halal di Dearborn, Michigan, kota yang terkenal dengan sebutan ibu kota Arab Amerika. Kota itu berada di negara bagian yang dihuni oleh hampir 400.000 warga Amerika Arab. Banyak di antara mereka yang ingin 'membuat perhitungan' dengan Harris terkait dengan dukungan pemerintahan Biden terhadap Israel.
"Kami menjalin hubungan yang baik dengan Lebanon, dan saya mengenal banyak orang Lebanon," ujar Trump menanggapi pertanyaan reporter tentang alasan kunjungannya. "Populasi Muslim, mereka mendukung Trump, dan saya memiliki hubungan baik dengan mereka. Itu faktanya. Di sinilah mereka berada, di Dearborn. Kami mengharapkan dukungan mereka dan berupaya mendapatkannya, dan saya yakin kami akan mengantongi suara mereka,” ujarnya.
Kunjungan Trump tersebut merupakan salah satu upaya untuk merangkul komunitas Arab dan Muslim. Dan aktivitas itu tak sia-sia karena ia berhasil meraih dukungan simbolis tapi penting dari para pemimpin di dua kota kecil di Michigan.
Kedua pemimpin yang menyatakan dukungan terhadap capres dari Partai Republi itu adalah adalah Bill Bazzi, wali kota Muslim dan Arab Amerika pertama di Dearborn Heights, serta Amer Ghalib, wali kota keturunan Yaman di Hamtramck. Hamtrack sendiri adalah satu-satunya kota di Amerika Serikat dengan dewan kota yang seluruh anggotanya Muslim.
"Pertemuan saya dengan Presiden Trump berjalan positif, dan kami berharap dia dapat mengubah situasi saat ini," kata Ghalib kepada VOA. "Dia mengatakan dia tidak menginginkan perang dan akan mendengarkan kekhawatiran kami."
Tiga dari enam anggota Dewan Kota Hamtramck mengikuti jejak Ghalib, sementara sisanya mendukung Harris, mencerminkan pandangan masyarakat yang terpecah terhadap kedua kandidat tersebut.
"Harris telah berulang kali menyatakan bahwa dia akan berusaha untuk membantu Gaza dan bersikap adil terhadap rakyatnya," ujar anggota dewan Mohammed Alsomiri kepada VOA. "Namun, Trump, saya tidak mempercayainya, dan saya tidak yakin padanya."
Imam Dukung Trump
Mantan presiden tersebut terus mendekati kelompok Muslim itu secara intensif. Dalam kampanye minggu lalu di Novi, pinggiran kota Detroit yang berjarak sekitar setengah jam dari Dearborn, dia menyatakan bahwa para pemilih Muslim dan Arab "ingin mengakhiri perang yang tidak ada habisnya dan mengembalikan perdamaian di Timur Tengah. Itulah satu-satunya hal yang mereka inginkan."
Trump muncul di atas panggung bersama "para pemimpin terkemuka komunitas Muslim Michigan," termasuk Imam Belal Alzuhairi dari Masjid Agung Hamtramck.
"Kami, sebagai Muslim, mendukung Presiden Trump karena dia menjanjikan perdamaian, bukan perang!" kata Alzuhairi.
Dukungan tersebut muncul meskipun Trump mengisyaratkan bahwa ia akan memberikan lebih banyak keleluasaan pada Israel untuk melakukan serangan terhadap Hamas dan Hizbullah. Ia mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah panggilan telepon pekan lalu untuk "melakukan apa yang perlu dilakukan."
Trump juga sering mengklaim bisa mengakhiri perang di Timur Tengah "dalam 24 jam," meskipun tidak menjelaskan bagaimana caranya.
Sebagai presiden pada 2017, Trump menyerukan "penutupan total dan menyeluruh" terhadap Muslim dengan melarang individu dari enam negara mayoritas Muslim untuk masuk ke wilayah Amerika Serikat. Para aktivis menilai kebijakan itu "kejam, tidak manusiawi, dan melanggar hukum internasional."
BACA JUGA: Netanyahu Ditengarai Berharap Trump MenangTim kampanye Trump belum memberikan tanggapan atas pertanyaan VOA mengenai upaya mereka untuk menjangkau komunitas tersebut.
Penjangkauan Tim Harris
Pada peringatan setahunnya serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023 di Israel, 25 pemimpin Muslim merilis surat terbuka yang mengingatkan pemilih Muslim bahwa mendukung Harris "jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan pilihan lainnya."
Tim kampanye Harris menyatakan telah "bekerja keras" untuk melibatkan komunitas tersebut. Wakil Presiden tersebut bertemu dengan sekelompok kecil pemimpin Muslim di Detroit, Michigan, pada Agustus, tidak lama setelah ia dinyatakan sebagai calon dari Partai Demokrat.
Ia juga bertemu dengan para pemimpin di Flint, Michigan, pada awal Oktober. Sejak itu, ia mengadakan satu pertemuan lagi dengan para imam berkulit hitam dan pemimpin komunitas di Philadelphia, Pennsylvania, yang merupakan negara bagian utama dengan suara pemilih mengambang yang belum menentukan pilihan.
Nasrina Bargzie, seorang warga Amerika keturunan Afghanistan, dan Brenda Abdelal, keturunan Mesir, adalah dua pengacara yang berada di garis depan upaya penjangkauan komunitas Muslim dan Arab dalam tim kampanye Harris. Mereka mengadakan pertemuan dengan kelompok-kelompok tersebut di berbagai negara bagian, termasuk Michigan, Wisconsin, Georgia, North Carolina, Pennsylvania, Texas, Minnesota, Arizona, dan Nevada, menurut pernyataan tim kampanye Harris kepada VOA.
Selain itu, Phil Gordon, penasihat keamanan nasional Harris, juga melakukan pertemuan virtual dengan para pemimpin dari seluruh negeri pada awal Oktober.
Namun, mengingat sebagian besar pertemuan tersebut dilakukan dengan kelompok yang lebih bersahabat, menunjukkan bahwa tujuan sebenarnya bukanlah untuk mengubah pandangan dan sikap. Pertemuan Gordon juga tidak melibatkan organisasi Muslim dan Arab yang besar, serta kelompok aktivis pro-Palestina, sehingga terasa lebih seperti keterlibatan yang sekadar “memenuhi syarat,” menurut James Zogby, Presiden Arab American Institute. Ia turut hadir dalam pertemuan yang diikuti delapan orang itu.
Gubernur Tim Walz, calon wakil presiden Harris, menggelar satu pertemuan dengan warga Arab dan Muslim Amerika. Pertemuan dengan Emgage Action, sayap politik dari kelompok advokasi Muslim Amerika yang berusia 18 tahun, berlangsung secara virtual pada Oktober. Emgage Action telah memberikan dukungan kepada kandidat presiden dari Partai Demokrat pada September.
Kandidat Partai Ketiga
Meskipun jajak pendapat menunjukkan bahwa dukungan warga Arab Amerika dan Muslim Amerika untuk Trump tidak mungkin melebihi dukungan mereka terhadap Harris, terdapat indikasi bahwa kandidat pihak ketiga dapat menarik sebagian besar suara dari mereka. Di Michigan, kandidat Partai Hijau Jill Stein mengampanyekan platform yang mendesak "penghentian genosida."
Sebuah jajak pendapat terbaru dari organisasi advokasi Muslim terbesar di Amerika Serikat, Council on American-Islamic Relations (CAIR), mengungkapkan bahwa 29,4 persen Muslim Amerika berencana memilih Harris, 29,1 persen untuk Stein, dan 11,2 persen untuk Trump, sementara lebih dari 16 persen masuk dalam massa mengambang yang belum menentukan pilihan.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dukungan dukungan untuk Harris dan Trump di kalangan kelompok ini terus meningkat. Sebelum Biden mundur dari pencalonan, jajak pendapat CAIR mencatat bahwa Biden mendapat dukungan sebesar 7,3 persen sementara Trump mendapatkan 4,9 persen.
Jika dibandingkan dengan Biden, Harris lebih tegas dalam menyampaikan simpati kepada Palestina dan menyerukan Israel untuk "mematuhi hukum humaniter." Dia juga telah membahas penderitaan yang dialami di Lebanon dan mengumumkan bantuan sebesar $157 juta dari pemerintah.
Dalam kampanye Harris di Ann Arbor, Michigan, minggu ini, Assad Turfe, seorang pejabat Arab Amerika dari Wayne County yang letaknya berdekatan, menyatakan bahwa Harris adalah pemimpin "yang akan menyuarakan penderitaan kita."
Namun, dalam kampanye tersebut, Harris mendapat sorakan cemooh dari pengunjuk rasa pro-Palestina, sama seperti yang terjadi di acara kampanye lainnya.
"Hai, teman-teman, saya mengerti kalian," katanya. "Kita semua ingin perang ini berakhir secepat mungkin."
Seorang kandidat perlu mengamankan minimal 270 dari 538 suara Electoral College untuk meraih kemenangan. Dengan 16 suara Electoral College yang dimilikinya, Michigan berpotensi mengubah hasil pemilihan yang diperkirakan akan berlangsung ketat. Biden berhasil memenangkan negara bagian tersebut pada 2020 dengan selisih 154.000 suara, sementara pada 2016, Trump mengalahkan Hillary Clinton dengan selisih kurang dari 11.000 suara.
BACA JUGA: Bisakah Trump atau Harris Akhiri Perang?Perang Israel-Hamas di Gaza menjadi isu yang sangat memecah belah di kalangan masyarakat. Pada konferensi pers di Dearborn yang mengumumkan dukungan para pemimpin Arab Amerika untuk Harris awal minggu ini, mereka dihadapkan oleh sekelompok orang Arab Amerika yang menentang Harris, yang menyebut mereka sebagai pengkhianat.
Ronald Stockton, seorang profesor emeritus di University of Michigan-Dearborn yang telah mempelajari masyarakat tersebut selama beberapa dekade, mengungkapkan bahwa ia belum pernah menyaksikan polarisasi seperti ini sebelumnya.
"Akan ada bekas luka permanen yang tertinggal," kata Stockton kepada VOA. "Seperti bekas luka di medan perang yang masih membekas selama puluhan tahun setelah perang berakhir." [ah/ft]
Iram Abbasi turut berkontibusi terhadap berita ini.