Presiden Donald Trump meremehkan pemberitahuan pemerintah Filipina untuk mengakhiri Perjanjian Kunjungan Pasukan (Visiting Forces Agreement/VFA) yang memungkinkan pasukan Amerika berlatih di Filipina. Trump juga mengatakan langkah seperti itu akan menghemat "banyak uang" Amerika.
"Pandangan saya berbeda dari orang lain. Saya melihatnya sebagai, terima kasih banyak, kami menghemat banyak uang," kata Trump kepada wartawan, Rabu (12/2/2020).
"Tiga tahun lalu, ketika ISIS bercokol di Filipina, kita masuk dan betul-betul sendirian mampu menyelamatkan negara itu dari serangan ganas terhadap pulau-pulau mereka," ujar Trump. Ia menambahkan, ia memiliki hubungan yang "sangat baik" dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Presiden Duterte memberi tahu secara resmi kepada Amerika tentang keputusannya membatalkan VFA pada Senin (10/2/2020) malam, setelah berulang kali mengancam akan menurunkan tingkat aliansi militer kedua negara. Perjanjian pada 1998 itu memberi izin bagi ribuan pasukan Amerika yang ditugaskan ke Filipina untuk mengadakan puluhan latihan bantuan militer dan kemanusiaan setiap tahun.
Dalam pidato pada Senin malam, Duterte mengatakan Trump mencoba menyelamatkan perjanjian itu tetapi ia menolaknya.
"Amerika sangat kasar. Mereka sangat kasar," ujar pemimpin Filipina itu.
Pernyataan Trump bertentangan dengan Menteri Pertahanan Mark Esper, yang pada Selasa (11/2/2020) mengatakan, membatalkan perjanjian bilateral dengan Filipina "adalah langkah yang keliru."
Analis memperingatkan, pembatalan pakta keamanan itu akan menjadi pukulan serius bagi kredibilitas Amerika sebagai penyedia keamanan regional untuk melawan pengaruh China, dan melemahkan kemampuan Amerika dalam kontrateror dan pengumpulan intelijen di wilayah tersebut.[ka/ii]