Sekelompok besar migran dari negara-negara Amerika Tengah yang melakukan perjalanan sebagian besar dengan berjalan kaki menuju Amerika Serikat, memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dari Cordoba menuju Mexico City hari Senin (5/11).
Mereka memutuskan untuk mencari tumpangan dengan kendaraan maupun berjalan ukaki ntuk menempuh rute terpendek dari Cordoba, yang berjarak lebih dari 280 kilometer di selatan ibu kota Meksiko itu.
Keputusan hari Minggu itu dibuat setelah para peserta karavan yang kelelahan tiba di Cordoba menyusul perjalanan sejauh 200 kilometer melalui Veracruz, sebuah negara bagian yang telah mengancam jiwa ratusan migran dalam beberapa tahun terakhir karena penculikan dan para penculik berusaha mendapat uang tebusan.
BACA JUGA: Kesabaran Kafilah Migran Amerika Tengah Mulai MenipisKaravan dengan sekitar 4.000 migran masih berada di Veracruz, masih ratusan kilometer dari perbatasan terdekat Meksiko-Amerika Serikat.
Sementara itu, karavan—karavan migran Amerika Tengah menjadi salah satu topik kampanye Presiden Donald Trump dan mantan Presiden Barack Obama pada hari Minggu terakhir kampanye sebelum pemilihan paruh waktu pada hari Selasa (6/11).
Isu mengenai para kafilah migran Amerika Tengah diangkat oleh Presiden AS Donald Trump dan mantan Presiden Barack Obama pada hari Minggu terakhir kampanye sebelum pemilu paruh waktu hari Selasa.
Trump berkampanye di Macon, Georgia untuk mendukung Brian Kemp, kandidat gubernur dari Partai Republik.
Dia menyampaikan pesan kepada para migran yang ingin masuk ke wilayah Amerika dengan melintasi perbatasan Meksiko-Amerika Serikat.
“Putar balik sekarang karena kalian tidak akan masuk ke AS kecuali melalui proses.”
Trump kembali mengatakan dalam karavan itu terdapat banyak penjahat dan "orang kasar,” meskipun para wartawan yang melakukan perjalanan bersama para migran itu mengatakan mereka menyaksikan kebanyakan perempuan dan anak-anak.
BACA JUGA: AS Kirim Tentara ke Perbatasan untuk Cegah Masuknya Imigran IlegalPresiden Trump mengatakan dengan mengerahkan ribuan tentara Amerika ke perbatasan, maka itu memperlihatkan bahwa Amerika “tidak main-main.”
Tidak berapa lama sebelum Trump berbicara, pendahulunya, Presiden Barack Obama, berkampanye di Gary, Indiana, untuk Senator Partai Demokrat Joe Donnelly.
Dengan suara serak setelah berkampanye beberapa hari, Obama mengecam keyakinan Trump bahwa para migran itu merupakan invasi dan ancaman. Dia mengatakan para laki-laki dan perempuan dalam militer berhak diperlakukan dengan lebih pantas daripada hanya digunakan untuk apa yang disebutnya “aksi politik.” [lt]