Penantang terakhir Donald Trump dalam persaingan yang pernah diikuti 17 kandidat Partai Republik mengundurkan diri awal Mei, dan Associated Press mengatakan bekas pembawa acara televisi yang kasar itu kini menguasai mayoritas suara delegasi, 1.237, pada konvensi nasional bulan Juli mendatang dimana ia resmi akan dicalonkan.
Trump tampaknya akan memenangkan ratusan lagi suara delegasi konvensi dalam kontes pencalonan presiden di beberapa negara bagian terakhir tanggal 7 Juni.
Ketika ia memasuki persaingan presiden bulan Juni lalu, Trump tampak tidak lebih dari tokoh kecil dalam daftar kandidat yang ramai yang terdiri dari mantan dan senator dan gubernur Partai Republik yang sedang menjabat.
Sampai munculnya Trump, tidak satupun dari kedua partai politik utama Amerika, Partai Republik dan Demokrat yang pernah mencalonkkan seseorang selain pejabat terpilih dan mantan pejabat sejak tahun 1952, ketika pahlawan PD II, Jendral AD Dwight Eisenhower memenangkan jabatan Presiden sebagai anggota Partai Republik.
Namun, Trump yang berusia 69 tahun, menarik perhatian jutaan pemilih Partai Republik dalam kontes persaingan di negara bagian dengan seruannya untuk mendeportasi 11 juta imigran ilegal yang tinggal di Amerika, melarang Muslim masuk ke Amerika sampai dipastikan apakah mereka teroris atau bukan dan membangun tembok sepanjang perbatasan Meksiko untuk mencegah lebih banyak migran masuk ke Amerika.
Sebagian tokoh Partai Republik yang awalnya mendukung kandidat presiden lainnya sekarang menyambut pencalonan dan kebijakan Trump. Tapi yang lainnya termasuk calon presiden Partai Republik tahun 2012 Mitt Romney menolak, dengan mengatakan ia tidak mewakili pandangan konservatif Partai Republik dan komentarnya yang tidak pantas mengenai perempuan, pahlawan perang dan orang-orang cacat tidak bisa diterima.
Ketua DPR Paul Ryan salah seorang tokoh Partai Republik yang paling berpengaruh masih menahan diri untuk menyatakan dukungannya terhadap Trump. Hari Kamis setelah keduanya berbicara lewat telepon, Ryan mengatakan kepada wartawan diskusi tersebut “produktif”.
Dalam pemilu nasional 8 November nanti, Trump tampaknya akan menghadapi Hillary Clinton dari Partai Demokrat, mantan menlu Amerika itu ingin menjadi presiden perempuan Amerika yang pertama. Survei pendapat politik nasional saat ini menunjukkan persaingan akan sangat sengit. [my/ii]