Trump Serukan Pembukaan Kembali Rumah Ibadah, Masyarakat Keagamaan Bersikap Hati-Hati

  • Patsy Widakuswara

Presiden AS Donald Trump

Komunitas keagamaan bereaksi secara hati-hati terhadap seruan Presiden Donald Trump untuk membuka kembali rumah-rumah ibadah.

Sebagian besar rumah ibadah di Amerika menangguhkan kegiatan mereka dan beralih untuk melakukan ibadah keagamaan secara virtual pada masa pandemi ini. Dewan Gereja Amerika mengingatkan pembukaan rumah-rumah ibadah terlalu dini dapat menimbulkan risiko yang mematikan.

Direktur Komunikasi Dewan Gereja Amerika Pdt. Steven Martin mengatakan, “Uskup, para pemimpin agama gereja, pastur, semuanya sangat prihatin soal pembukaan kembali rumah-rumah ibadah saat ini ketika masih belum banyak yang diketahui tentang virus ini.”

Presiden Trump Jumat lalu (22/5) menyerukan kepada seluruh gubernur untuk segera membuka kembali rumah-rumah ibadah, menggambarkan rumah ibadah sebagai hal yang “esensial” pada masa pandemi ini. Ia mengancam akan membatalkan perintah gubernur mana pun yang masih terus menutup rumah-rumah ibadah.

“Sebagian gubernur menilai toko-toko minuman dan klinik aborsi sebagai hal yang esensial dan boleh beroperasi kembali, tetapi masih menutup rumah-rumah ibadah. Itu tidak benar.”

BACA JUGA: Komunitas Keagamaan AS Tanggapi Hati-Hati Seruan Trump untuk Buka Rumah Ibadah

Belum jelas apakah Trump berwenang mendikte gubernur-gubernur tentang isu ini. Ia mengatakan telah memerintahkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC untuk mengeluarkan pedoman yang mencakup bagaimana membersihkan rumah-rumah ibadah dan memodifikasi layanan keagamaan.

Pengumuman Trump itu dipuji First Liberty, organisasi yang membela kebebasan beragama di Amerika. Dewan Khusus di First Liberty, Jeremy Dys mengataan, “Inilah yang ditunggu-tunggu warga Amerika sejak lama, yaitu untuk melihat sebagian pemimpin di mana pun berada mengatakan bahwa Amandemen Pertama tidak sakit atau mati.”

Warga antre untuk mengikuti tes Covid-19 di sebuah gereja di Lake Worth, Florida 5 Mei 2020 lalu (foto: ilustrasi).

Tetapi Dewan Gereja Amerika khawatir seruan Trump akan memicu perpecahan di negara ini. Kembali Pdt. Steven Martin.

“Akan ada orang-orang yang menekan para pastur dan pemimpin gereja untuk mengikuti pernyataan Trump dan akan membuka kembali rumah-rumah ibadah sesuai nasehat terbaik. Kita harus ingat bahwa ketika pandemi yang berasal dari China ini merebak di Amerika, gereja di mana orang berdoa, semuanya ditutup. Ini hal yang harus benar-benar sangat diperhatikan ketika membuka kembali rumah ibadah di seluruh negara ini,” ujarnya.

Pengumuman itu juga tidak mengubah rencana warga Muslim Amerika yang merayakan Idul Fitri untuk menandai berakhirnya bulan Ramadan. Robert McCaw di Dewan Hubungan Islam-Amerika mengatakan, “Presiden Trump, ketika mengumumkan hal ini tampak berbicara tidak lancar ketika menyinggung soal masjid, adalah penggagas larangan bagi warga Muslim; pengumumannya tidak akan mengubah kegiatan keagamaan komunitas Muslim Amerika.”

BACA JUGA: Trump: AS  Tak akan "Tutup Lagi" Jika Wabah Corona Kedua Muncul

Trump telah menunjukkan dukungan bagi warga yang memprotes kebijakan tinggal di rumah. Beberapa jajak pendapat menunjukkan kelompok yang paling siap memulai kembali kegiatan keagamaan adalah kelompok Kristen Evangelical.

Warga Michigan, Darcey Atkins mengatakan, “Kita bisa melakukan aborsi tetapi tidak dapat pergi ke gereja? Ini tidak OK.”

Mayoritas kelompok Kristen Evangelical adalah pendukung utama Trump dalam pilpres 2016 lalu, dan tidak mengherankan ketika Trump berharap mereka kembali mendukungnya dalam pilpres November nanti. [em/ii]