Presiden Donald Trump bersiap-siap untuk menjalankan kebijakan imigrasi yang lebih keras, setelah secara tiba-tiba memecat Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kirstjen Nielsen, Minggu (7/4) lalu. Para pejabat Amerika mengatakan krisis imigrasi telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir, dan Trump dikabarkan kini mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan yang sangat tidak populer yang memisahkan anak-anak migran dari keluarga mereka.
Terlepas dari kebijakan garis keras pemerintahan Trump, para migran yang melarikan diri dari kemiskinan dan kejahatan di Guatemala, El Salvador dan Honduras terus mengalir melalui Meksiko dengan tujuan memasuki Amerika Serikat.
Pada bulan Februari saja sekitar 76.000 orang, kebanyakan keluarga-keluarga, ditangkap di perbatasan barat daya Amerika.
Your browser doesn’t support HTML5
Presiden Donald Trump, yang berkampanye untuk memperkuat keamanan perbatasan, tampaknya semakin frustrasi dengan Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kirstjen Nielsen dan memecatnya hari Minggu. Nielsen berbicara singkat pada hari Senin (8/4).
“Saya memiliki tujuan yang sama dengan presiden untuk mengamankan perbatasan. Saya akan terus mendukung semua upaya untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan keamanan di perbatasan,” kata Kirstjen Nielsen.
Presiden Trump mengumumkan Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS Kevin McAleenan sebagai pejabat sementara untuk menggantikan Nielsen, dan tampaknya siap dengan sikap garis keras yang lebih keras lagi dalam kebijakan imigrasi.
Pada hari Senin, Gedung Putih tidak mengesampingkan bahwa Trump kini mempertimbangkan untuk memberlakukan kembali kebijakan pemisahan anak-anak migran dari keluarga-keluarga mereka di perbatasan.
Ketika menjawab pertanyaan mengenai pemisahan anak-anak dari keluarga-keluarga mereka, Hogan Gidley, deputi juru bicara Gedung Putih mengatakan, “Anda tahu, seperti telah dikatakan oleh presiden sebelumnya, dia tidak menyukai pemisahan keluarga. Pemisahan keluarga adalah praktik yang sangat buruk, tetapi Kongres memiliki cara untuk memperbaikinya sehingga tidak akan menjadi daya tarik bagi orang untuk datang ke sini dan menggunakan anak-anak untuk melakukan maksud mereka.”
Kebijakan pemisahan keluarga dilaksanakan dari April hingga Juni tahun lalu, dan dibatalkan sesuai keputusan pengadilan. Kebijakan itu menuai kemarahan publik besar-besaran dan tidak mengurangi jumlah migran.
Christobal Ramon dari Bipartisan Policy Center, yakni pusat kajian kebijakan bipartisan mengatakan, “Sesungguhnya, lebih banyak orang datang ke sini. Jadi saya kira pemerintah berusaha mencari cara untuk mencegah mereka datang ke Amerika tetapi masalahnya adalah pencegahan tidak mengatasi kondisi di negara-negara asal para migran, misalnya tidak akan mengatasi kekerasan, tidak akan mengatasi kemiskinan, dan tidak akan mengatasi kenyataan bahwa banyak dari para migran itu benar-benar tidak melihat adanya pilihan lain.”
Trump terus menyalahkan pihak oposisi dari Partai Demokrat, yang menentang deklarasi darurat nasionalnya di perbatasan.
“Sayangnya, Demokrat telah menolak untuk menutup celah-celah imigrasi. Itulah sebenarnya yang menjadi masalah.”
Kamis lalu, Trump mengulangi ancamannya untuk menutup perbatasan selatan dan memuji Meksiko karena telah berbuat lebih banyak untuk menghentikan aliran imigran. Namun, pada akhir minggu, dia mengarahkan para pembantunya agar mengambil langkah-langkah lebih keras untuk mengatasi masalah tersebut, dan dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk memecat lebih banyak orang. [pw/uh]