Para ilmuwan divonis bersalah karena mengecil-ngecilkan resiko gempa bumi kuat yang menghantam kota L’Aquila tahun 2009 dan menewaskan sedikitnya 308 orang.
Pengadilan Italia hari Senin memvonis bersalah tujuh ilmuwan dan pakar melakukan pembunuhan karena mengecil-ngecilkan resiko sebuah gempa bumi berkekuatan tinggi dan karena tidak memberi peringatan memadai kepada warga sebelum gempa itu menghantam kota L’Aquila tahun 2009.
Lebih dari 300 orang tewas, puluhan ribu kehilangan tempat tinggal, sementara pusat bersejarah dan gereja-gereja zaman pertengahan di kota itu hancur akibat gempa berkekuatan 6,3 tersebut.
Jaksa berpendapat bahwa ketujuh tersangka – anggota sebuah dewan nasional yang mengkaji resiko bencana – memberi “informasi tidak lengkap, tidak tepat dan saling bertentangan” kepada warga.
Komunitas ilmuwan internasional mengecam pengadilan itu, dan mengatakan memprediksi gempa bumi adalah mustahil. Bahkan sistem peringatan dini, yang tergantung pada jaringan sensor untuk mendeteksi gelombang seismik di permukaan laut yang biasanya mendahului gempa besar, hanya bisa memberi peringatan dini 10 hingga 60 detik kepada warga dan hanya di daerah-daerah dimana sensor-sensor itu dipasang.
Setelah gempa April itu, pakar-pakar gempa dan lainnya menyalahkan peraturan yang lemah bagi pembangunan gedung. Di banyak wilayah rawan gempa di dunia, berbagai praktik konstruksi yang asal-asalan mengakibatkan korban tewas lebih besar dibandingkan dengan rumah dan gedung lain yang dibangun dengan struktur yang lebih kuat.
Pengadilan dibuka September tahun lalu dan ditangguhkan selama lebih dari setahun sebelum dibuka lagi bulan ini. Para tersangka dijatuhi hukuman enam tahun penjara, tetapi tampaknya tidak akan dipenjarakan sementara menunggu proses naik banding mereka.
Lebih dari 300 orang tewas, puluhan ribu kehilangan tempat tinggal, sementara pusat bersejarah dan gereja-gereja zaman pertengahan di kota itu hancur akibat gempa berkekuatan 6,3 tersebut.
Jaksa berpendapat bahwa ketujuh tersangka – anggota sebuah dewan nasional yang mengkaji resiko bencana – memberi “informasi tidak lengkap, tidak tepat dan saling bertentangan” kepada warga.
Komunitas ilmuwan internasional mengecam pengadilan itu, dan mengatakan memprediksi gempa bumi adalah mustahil. Bahkan sistem peringatan dini, yang tergantung pada jaringan sensor untuk mendeteksi gelombang seismik di permukaan laut yang biasanya mendahului gempa besar, hanya bisa memberi peringatan dini 10 hingga 60 detik kepada warga dan hanya di daerah-daerah dimana sensor-sensor itu dipasang.
Setelah gempa April itu, pakar-pakar gempa dan lainnya menyalahkan peraturan yang lemah bagi pembangunan gedung. Di banyak wilayah rawan gempa di dunia, berbagai praktik konstruksi yang asal-asalan mengakibatkan korban tewas lebih besar dibandingkan dengan rumah dan gedung lain yang dibangun dengan struktur yang lebih kuat.
Pengadilan dibuka September tahun lalu dan ditangguhkan selama lebih dari setahun sebelum dibuka lagi bulan ini. Para tersangka dijatuhi hukuman enam tahun penjara, tetapi tampaknya tidak akan dipenjarakan sementara menunggu proses naik banding mereka.