Turki Terjebak dalam Ketegangan Arab Saudi-Iran

  • Dorian Jones

Demonstran Syiah membawa poster Sheikh Nimr al-Nimr dalam sebuah unjukrasa di depan Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, 3 Januari 2016.

Turki berusaha menghindar supaya tidak terlibat krisis yang semakin dalam antara Iran dan Arab Saudi. Setelah Saudi mengeksekusi ulama Syiah Nimr Al Nimr dan protes kekerasan terhadap kedutaan Saudi di Teheran, Turki bersikap hati-hati dan tidak memihak.

Krisis diplomatik yang berkembang antara Iran dan Arab Saudi memaksa Turki untuk bersikap hati-hati.

Dengan kata-kata yang dipilih secara hati-hati, Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus merilis pernyataan, mengutuk serangan terhadap kedutaan Arab Saudi di Teheran dan eksekusi ulama Nimr al-Nimr. Namun Presiden Recep Tayyip Erdogan hari Rabu (6/1) mengatakan eksekusi itu masalah dalam negeri.

Kolumnis politik Semih Idiz pada koran Cumhuriyet di Turki dan situs web Al Monitor, mengatakan Turki berada dalam posisi yang serba salah.

"Dalam situasi yang sangat sulit tentu saja, tidak diragukan lagi, saat ini hubungan Turki dan Iran akan tetap baik. Tetapi kedua negara merasa harus menjaga hubungan, dan Turki sangat bergantung pada energi Iran. Jadi, Turki tidak bisa terlalu tegang dengan Iran. Di sisi lain, Turki punya hubungan baru yang strategis dengan Arab Saudi," kata Idiz.

Iran berada di peringkat ke 2 setelah Rusia dalam memasok gas alam ke Turki. Turki kini sedang menghadapi krisis diplomatik dengan Rusia dan berusaha keras mencari pemasok lain untuk diversifikasi ketergantungan energinya.

Pakar hubungan internasional Soli Ozel dari Kadir Has University di Istanbul mengatakan persaingan regional dengan Iran sudah membuat pusing Turki.

"Kami diam-diam saling bersaing, di Irak, di Suriah tentu, dan bahkan mungkin di Kurdistan Irak. Dan Iran dan Rusia bekerja sama sangat erat," kata Ozel.

Tetapi persaingan dengan Iran, khususnya di Suriah, dengan kedua pihak mendukung pihak yang berlawanan dalam perang saudara, secara luas dipandang sebagai faktor mengapa Turki baru-baru ini mulai mengembangkan hubungan strategis dengan Arab Saudi.

Bulan lalu, Presiden Turki Erdogan menyatakan komitmen Turki bagi aliansi anti-teror negara-negara Sunni di kawasan itu yang dipimpin Arab Saudi.

Tetapi cendekiawan tamu pada Carnegie Institute, Sinan Ulgen, mengatakan krisis yang semakin dalam antara Arab Saudi dan Iran adalah tanda peringatan bagi Turki.

"Mengingat Turki sulit mendapat dukungan tambahan di wilayah itu untuk tujuannya di Suriah, hubungan dengan Arab Saudi menjadi penting. Tetapi ini tentu bagian kebijakan luar negeri di mana Turki harus melangkah hati-hati, karena Turki tidak boleh terlihat sebagai pemain di Timur Tengah yang bersedia memanipulasi sentimen-sentimen sektarian," kata Ulgen.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, sejalan dengan sekutu Barat Turki, hari Selasa mengimbau Arab Saudi dan Iran agar bertindak dengan akal sehat.[ka/jm]