Turki: Uji Klinis Terakhir Tunjukkan Vaksin Sinovac 91,25% Efektif

Perawat Arzu Yildirim menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac, CoronaVac, dalam uji klinis fase ketiga di Rumah Sakit Acibadem, Istanbul, Turki, 21 Desember 2020. (Foto: AP)

Data sementara dari uji klinis terbaru di Turki menunjukkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech 91,25 persen efektif.

Hasil ini jauh lebih baik dibanding hasil uji klinis yang dilaporkan dalam uji klinis terpisah di Brazil.

Dilansir dari Reuters, tim peneliti di Brazil, yang juga melakukan uji klinis tahap tiga, Rabu (23/12), mengatakan keefektifan vaksin itu lebih dari 50 persen, tetapi menangguhkan untuk merilis hasil lengkap uji klinis itu atas permintaan Sinovac. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal transparansi.

BACA JUGA: Ahli Epidemiologi: Sampel Kecil, Uji Klinis Vaksin Corona Sulit Ukur Efikasi

Tim peneliti di Turki, Kamis (24/12), mengatakan tidak ada efek samping yang signifikan dalam uji klinis tahap akhir itu, selain laporan tentang reaksi alergi yang dialami satu partisipan. Mereka mengatakan efek samping vaksin yang umum adalah demam, nyeri ringan dan sedikit rasa kelelahan.

Uji klinis tahap akhir di Turki dimulai pada 14 September lalu dan melibatkan lebih dari 7.000 sukarelawan. Namun hasil yang diumumkan pada Kamis (24/12) ini baru berdasarkan pada data dari 1.322 orang.

Seorang pekerja medis menyuntikan dosis pertama vaksin COVID-19 alam uji klinis tahap ke-3 di Rumah Sakit Acibadem, Istanbul, 9 Oktober 2020.

Sinovac adalah perusahaan farmasi pertama di China yang merilis rincian dari uji klinis tahap akhir, menyusul hasil positif dari vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca bulan lalu.

Tim peneliti Turki, yang berbicara bersama Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, mengatakan 26 dari 29 orang yang terjangkit Covid-19 dalam uji klinis itu diberi plasebo. Mereka menambahkan uji klinis itu akan berlanjut hingga 40 orang terjangkit virus itu.

“Kini kami yakin bahwa vaksin ini efektit dan aman (untuk digunakan) oleh warga Turki, ujar Koca, dan menambahkan bahwa Ankara akan menggunakan data itu untuk lisensi vaksin tersebut.

BACA JUGA: Brazil: Kemanjuran Vaksin Sinovac di Atas 50%

Ia juga mengatakan bahwa para peneliti awalnya berencana mengumumkan hasil itu setelah 40 orang terjangkit virus itu, tetapi temuan itu menunjukkan bahwa para relawan itu mengalami efek samping yang minimal setelah divaksinasi, dan karenanya dianggap aman.

“Meski berisiko, kami melihat ada gambaran yang sangat ringan di mana tiga orang yang positif Covid-19, tidak mengalami demam atau masalah pernafasan.. Kami dapat dengan mudah mengatakan alih-alih berisiko, tiga orang itu mengalami efek samping yang ringan,” ujarnya.

3 Juta Vaksin Sinovac

Turki telah sepakat untuk membeli 50 juta dosis vaksin Sinovac dan sedianya akan menerima vaksin itu pada 11 Desember lalu. Namun pengirimannya telah ditangguhkan.

Seorang pegawai mengecek ampul vaksin COVID-19 yang diproduksi Sinovac di pabriknya di Beijing. (Foto: AP Photo/Ng Han Guan, File)

Koca mengatakan tiga juta dosis vaksin akan tiba pada Senin (28/12), dan menambahkan bahwa kelompok pertama yang akan divaksinasi di Turki akan berjumlah sembilan juta orang. Kelompok ini mencakup para petugas kesehatan.

Sinovac juga telah menandatangani kesepakatan untuk memasok vaksin yang disebut CoronaVac itu pada beberapa negara lain, termasuk Indonesia, Brazil, Chili dan Singapura. Sinovac juga masih berunding dengan Filipina dan Malaysia.

BACA JUGA: Umat Muslim Khawatirkan Kehalalan Vaksin Covid-19

Teknologi Vaksin Tradisional

CoronaVac telah mulai diberikan pada puluhan ribu orang di China, berdasarkan otorisasi penggunaan untuk tujuan darurat, setelah diluncurkan Juli lalu. Vaksinasi itu ditargetkan pada kelompok yang berisiko tinggi tertular virus mematikan itu.

CoronaVac didasarkan pada teknologi vaksin tradisional yang menggunakan virus corona yang telah dilemahkan, yang tidak dapat mereplika sel manusia untuk memicu kekebalan tubuh. Sementara vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna-NIH menggunakan teknologi baru yang disebut “synthetic messenger RNA” (mRNA) untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh terhadap virus itu. Vaksin ini harus disimpan di tempat penyimpanan yang jauh lebih dingin. [em/ft]