UEA Kembali Tegaskan Pentingnya Aliansi OPEC dengan Rusia

Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terlihat di kantor pusatnya di Wina, Austria. (Foto: Reuters)

Menteri energi Uni Emirat Arab kembali menegaskan pentingnya aliansi minyak dengan Rusia. Menteri itu berbicara pada konferensi energi di Dubai, Senin (28/3).

Ia mengatakan Rusia, dengan produksi 10 juta barel minyaknya per hari, adalah anggota penting aliansi energi OPEC+. Ia menolak saran agar UEA meningkatkan produksinya secara sepihak.

“Kesampingkan politik, produksi minyak Rusia dibutuhkan saat ini,'' kata Suhail al-Mazrouei. “Kecuali ada yang bersedia datang dan membawa 10 juta barel, kami tidak melihat ada pihak yang dapat menggantikan Rusia.''

BACA JUGA: Konflik Rusia-Ukraina Ancam Upaya Eropa Capai Target Swasembada Energi

Dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, aliansi tersebut memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi minyak dan menurunkan harga minyak mentah yang telah melonjak melewati $100 per barel.

Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Jepang dan lainnya telah meminta produsen-produsen minyak Teluk Arab untuk berbuat lebih banyak untuk membantu menurunkan harga. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan kunjungan langsung bulan ini ke UEA dan Arab Saudi, di mana ia mengangkat masalah tersebut.

Al-Mazrouei menggambarkan aliansi OPEC+ sebagai aliansi yang harus dipertahankan dan menolak saran agar UEA meningkatkan produksi secara sepihak.

BACA JUGA: Pangeran Saudi: di Antara Tekanan Barat dan Dilema Hadapi Rusia, China

“Tetap bersama, tetap fokus, dan tidak membiarkan politik mencampuri organisasi ini ... kami selalu percaya bahwa apa pun yang kita lakukan sebagai anggota aliansi dalam hal produksi, harus selalu menjauhi politik,” tambah al-Mazrouei.

Aliansi OPEC+ bertahan dengan rencana mereka untuk meningkatkan produksi minyak secara bertahap berdasarkan kesepakatan yang dicapai selama puncak lockdown pandemi ketika produsen melakukan pemotongan besar-besaran pada produksi untuk menebus jatuhnya permintaan bahan bakar.

Harga minyak yang lebih tinggi baik untuk negara-negara penghasil minyak. Terlepas dari upaya diversifikasi, negara-negara Teluk Arab terus sangat bergantung pada ekspor energi untuk mendorong ekonomi mereka.

Al-Mazrouei juga menggunakan pidatonya di Forum Energi Global Dewan Atlantik di Dubai untuk mendorong investasi yang lebih besar dalam minyak dan gas.

Logo OPEC saat pertemuan informal antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Aljir. (Foto: Reuters)

Dalam kritik nyata terhadap kebijakan NATO, menteri itu mengatakan perang Rusia di Ukraina --- yang digambarkannya sebagai krisis --- membutuhkan diplomasi dan “bukan dengan mencurahkan lebih banyak senjata ke dalam situasi karena pada dasarnya rakyat akan menjadi korban.”

Harga minyak juga naik karena Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC, menghadapi serangan lintas perbatasan yang terus berlanjut oleh pemberontak Houthi Yaman yang menggunakan pesawat nirawak dan misil untuk menarget fasilitas-fasilitas minyak negara kerajaan itu. Arab Saudi mengatakan tidak akan bertanggung jawab atas kekurangan pasokan minyak akibat serangan-serangan itu.

Terlepas dari kecaman AS terhadap Houthi dan sistem antimisil yang dipasok AS untuk Arab Saudi, hubungan antara pemerintahan Biden dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman tetap tegang dan tidak ada komunikasi langsung antara keduanya sejak presiden AS itu menjabat. [ab/uh]