Korea Utara telah menghabiskan hingga $650 juta untuk uji coba rudal tahun ini, menurut sebuah lembaga kajian yang berafiliasi dengan pemerintah di Seoul, Kamis (8/6). Padahal angka yang fantastis tersebut dapat digunakan untuk vaksinasi COVID-19 bagi seluruh penduduk negara miskin itu.
Pyongyang telah melakukan 18 tes misil yang memecahkan rekor tahun ini, dan terus meluncurkan rudal bahkan setelah mengkonfirmasi terjadinya infeksi COVID pertamanya pada bulan Mei. Hingga kini lebih dari empat juta kasus yang sekarang dilaporkan oleh pihak berwenang sebagai "demam.”
Rezim Kim Jong Un menghabiskan sekitar $400 juta hingga $650 juta untuk mengembangkan dan menguji 33 rudal yang ditembakkan tahun ini, menurut sebuah laporan oleh Institut Analisis Pertahanan Korea.
Uang itu akan "memungkinkan untuk menebus kekurangan makanan tahun ini, atau memberikan satu dosis vaksinasi COVID-19 untuk semua warga Korea Utara,” kata laporan itu.
Orang-orang menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan peluncuran rudal Korea Utara di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, , 25 Mei 2022. (Foto: AP)
Korea Utara berjuang dalam menghadapi kekurangan pangan kronis, yang telah diperburuk oleh blokade virus corona yang diberlakukan sendiri selama bertahun-tahun, ditambah dengan sanksi internasional atas program senjatanya.
Meskipun laporan media pemerintah mengklaim COVID sudah terkendali, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pekan lalu bahwa mereka "berasumsi bahwa situasinya semakin buruk, bukan lebih baik.”
Para ahli mengatakan wabah itu dapat memicu krisis kesehatan besar di negara itu, yang memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia.
Korea Utara melaporkan kasus Omicron pertamanya pada 12 Mei dan varian virus tersebut sejak itu telah mengoyak 25 juta populasi yang belum divaksinasi. Media pemerintah mengkonfirmasi pada Kamis (9/6), terdapat lebih dari 4,3 juta kasus "demam" secara total.
BACA JUGA: WHO: COVID ‘Semakin Parah, Bukan Membaik’ di Korea Utara
"Seperti yang dipersyaratkan oleh sistem anti-epidemi darurat maksimum, kami menuntut semua staf secara ketat mematuhi aturan dan peraturan anti-pandemi," kata pejabat sanitasi Kim Hye Kyong kepada AFP di Pyongyang, Kamis (9/6).
Di awal pandemi, Pyongyang berulang kali menolak tawaran vaksin COVID, termasuk dari WHO, dan baru-baru ini mengabaikan tawaran bantuan medis dari Seoul dan Washington.
Media pemerintah Pyongyang - yang biasanya melaporkan uji coba senjata yang berhasil 24 jam kemudian - belum melaporkan peluncuran rudal negara itu baru-baru ini.
Ini berarti sebagian besar warga Korea Utara akan tahu sedikit "tentang berapa banyak sumber daya yang telah diledakkan oleh pemerintah mereka ke laut," Sokeel Park, Direktur Korea Selatan di Liberty di Korea Utara, mengatakan di Twitter.
BACA JUGA: Korut Luncurkan Rudal, Negara-Negara Tetangga Mengecam
Warga Korea Utara tidak mengetahui tentang pengeluaran militer bahkan ketika mereka berurusan dengan "pandemi, kekurangan dari penguncian selama dua tahun, dan meroketnya harga obat-obatan", tambahnya.
Pejabat AS dan Korea Selatan juga telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa rezim Kim sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir baru.
Wendy Sherman, Wakil Menteri Luar Negeri AS, pada Selasa mengatakan akan ada tanggapan "cepat dan kuat" jika Pyongyang melanjutkan uji coba nuklir ketujuhnya. [ah/rs]