Memasuki tahun ketiga pasca serangan Rusia, Ukraina masih bertahan menghadapi berbagai serangan yang diluncurkan ke negara itu. Selamat satu minggu lalu hingga Senin (1/8), sedikitnya ada lebih dari 50 serangan rudal Rusia ke berbagai kota di Ukraina, menewaskan setidaknya tiga orang.
Militer Angkatan Udara Ukraina mengeluarkan laporan melalui kanal Telegramnya bahwa dalam satu malam mereka berhasil menghancurkan 21 pesawat tanpa awak milik Rusia dari total keseluruhan 28 pesawat tanpa awak yang diluncurkan. Namun, mereka tidak menyebut tiga peluru kendali Rusia yang juga diluncurkan dalam serangan itu.
Meski laporan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen oleh VOA, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan agresi Rusia hanya bisa dihentikan jika kerja sama dengan negara-negara Barat semakin ditingkatkan.
“Untuk menciptakan kekuatan yang bisa mempertahankan kebebasan, Eropa perlu produksi senjata bersama, dengan skala yang lebih besar dari sekarang. Kami melihat ambisi Rusia yang agresif hanya dapat dihentikan jika ada kekuatan yang cukup untuk menghentikannya, dan kita hanya bisa mewujudkannya jika kita bekerja sama," sebut Zelenskyy dalam Konferensi Tahunan Masyarakat dan Pertahanan di Swedia, hari Minggu (7/1).
BACA JUGA: Kanselir Jerman Serukan Anggota UE Tambah Dukungan bagi UkrainaPernyataan Zelenskyy tersebut kembali menggaungkan pernyataan serupa yang pernah dilontarkan Menteri Industri Strategis Ukraina Oleksandr Kamyshin pada November (11/3) tahun lalu.
"Sekarang kami betul-betul fokus menjadikan Ukraina sebagai gudang senjata Dunia Bebas. Kami fokus memproduksi segala jenis senjata dan amunisi, lalu kami tunjukkan bahwa senjata itu bisa diuji di medan perang dan dikembangkan menjadi lebih baik selama perang. Itu yang bisa kami lakukan untuk Dunia Bebas,” ucap Oleksandr.
Oleh karena itu, Kyiv mendesak para sekutunya untuk mempertimbangkan keinginan Ukraina menjadi pusat persenjataan Eropa, sekaligus tetap mengharapkan dukungan materi untuk bisa mengalahkan Rusia.
Selama tahun 2023 hingga awal tahun ini, sekitar 300 peluru kendali dan lebih dari 200 pesawat tanpa awak telah digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina. Menurut tim penyelidik Ukraina dan Gedung Putih, Rusia mulai menggunakan rudal balistik yang diperoleh dari Korea Utara setelah sebelumnya mengandalkan pesawat tanpa awak dari Iran untuk meluncurkan serangan ke Ukraina. Langkah itu disebut meningkatkan ketegangan di kawasan, meski Rusia dan Korea Utara membantah kerja sama di antara keduanya. [ti/jm]