Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan negaranya telah membayar "harga termahal yang mungkin" untuk mencapai tujuan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa - tujuan yang dicapai hari Jumat (27/6) ketika ia menandatangani kesepakatan itu pada pertemuan puncak di Brussels.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan ini adalah "salah satu hari paling bersejarah," menjelang penandatanganan perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang lama ditunggu-tunggu dengan Uni Eropa. Wakil menteri luar negeri Rusia mengatakan langkah Ukraina itu "penuh dengan konsekuensi serius."
Poroshenko mengatakan demikian kepada wartawan di Brussels hari Jumat (27/6) menjelang penandatanganan perjanjian tersebut, yang merupakan pemicu pergolakan politik tahun lalu yang menyebabkan penggulingan presiden pro-Rusia Viktor Yanukovych dan, kemudian, aneksasi semenanjung Krimea, Ukraina, oleh Rusia.
Dia mengatakan Ukraina akan menggunakan kesempatan ini untuk memodernisasi negara dan menyebut kesepakatan itu bukti solidaritas Uni Eropa.
Dua negara bekas republik Soviet lainnya, Georgia dan Moldova, juga menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Uni Eropa hari Jumat, sementara hubungan Rusia dengan Barat telah mencapai titik rendah akibat ketegangan di Ukraina.
Perjanjian perdagangan Uni Eropa itu berada di pusat pemberontakan politik yang menyingkirkan mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych dari jabatannya awal tahun ini dan kemudian menyebabkan aneksasi semenanjung Krimea Ukraina oleh Moskow, di mana loyalitas kepada Rusia sangat besar . Konflik itu berubah mematikan dengan terjadinya bentrokan antara tentara Ukraina dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Dengan berakhirnya gencatan senjata resmi di Ukraina pada hari Jumat (27/6), saksi mata mengatakan ribuan warga Ukraina berbaris di tempat penyeberangan di perbatasan Rusia Kamis malam (26/6), dengan mengendarai mobil yang penuh dengan barang-barang pribadi, dengan harapan untuk menghindari kekerasan di Ukraina timur.
Badan Urusan Pengungsi PBB menyatakan Jumat sekitar 110 ribu orang telah melarikan diri dari Ukraina ke Rusia, sementara sekitar 54 ribu warga Ukraina lainnya terpaksa mengungsi di dalam negeri Ukraina.