Umat Katolik China harus mengelola gereja mereka secara independen, yang berarti menjaga jarak dengan Vatikan, dan mengarahkan jemaat pada "jalur Sinicization", ujar seorang pejabat senior Partai Komunis, di saat China dan Vatikan berupaya memperbaiki hubungan.
Sinicization atau Sinofikasi adalah pengubahan karakter atau modifikasi oleh budaya China.
Paus Fransiskus sedang mencoba memulihkan keretakan selama puluhan tahun dengan China, dimana umat Katolik terbelah antara mereka yang loyal pada Paus dan jemaat gereja resmi yang dikontrol pemerintah.
Salah satu kendala untuk perbaikan hubungan adalah pertanyaan siapa yang harus menunjuk rohaniwan senior.
China mengatakan uskup-uskup harus ditunjuk oleh komunitas Katolik China dan menolak menerima otoritas Paus, yang dianggap sebagai kepala negara asing yang tidak berhak mencampuri urusan Beijing.
Prospek-prospek kesepakatan mundur lagi bulan ini setelah Lei Shiyin, uskup dukungan pemerintah yang dikucilkan Vatikan, berpartisipasi dalam pentahbisan uskup-uskup baru.
Umat Katolik seharusnya "menjalankan gereja mereka secara independen dan mengintegrasikannya dengan lebih baik ke dalam masyarakat," ujar pemimpin senior partai Komunis, Yu Zhengsheng, kepada Asosiasi Katolik Patriotis China dan Konferensi Uskup-uskup Gereja Katolik China.
"Gereja harus mematuhi prinsip-prinsip administrasi sendiri, mengurus urusan-urusan agama secara mandiri dan mengarahkan jemaat untuk mematuhi jalur Sinofikasi agama," ujar Yu, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua Kamis malam (29/12).
Sinofikasi agama kemungkinan adalah referensi untuk membuat agama ada di bawah pengaruh China.
Umat Katolik China harus "menyatukan patriotisme dengan kecintaan pada Gereja" dan "menyatukan semua pemeluk untuk berkontribusi konstruksi sosialisme dengan karakteristik-karakteristik China," ujar Yu, yang mengepalai badan yang sebagian besar bersifat seremonial di parlemen, dengan salah satu tujuannya adalah mewakili para pemeluk agama.
Vatikan seharusnya mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan dengan China, menurut kepala urusan agama di China hari Selasa. Vatikan sebaliknya mengatakan minggu lalu bahwa umat Katolik di China menunggu "sinyal-sinyal positif" yang dapat mereka percayai dalam dialog antara China dan Tahta Suci.
Kedua belah pihak telah berselisih sejak pengusiran misionaris-misionaris asing dari China setelah penguasa Komunis mengambil alih tahun 1949 dan langkah Vatikan dalam mempertahankan hubungan resmi dengan Taiwan yang diakui China sebagai bagian negaranya.
Ada 10 juta pemeluk Katolik di China, yang secara resmi merupakan negara ateis, meskipun pemerintah secara teknis menjamin kebebasan beragama untuk kelompok-kelompok yang diakui, termasuk juga Buddhis dan Muslim. [hd]