Uni Emirat Arab telah memindahkan sejumlah tersangka dari Yaman ke sebuah penjara rahasia di Assab, Eritrea, demikian menurut para mantan narapidana dan pejabat Yaman.
Penyelidikan independen yang dilakukan Associated Press dan Human Rights Watch menunjukkan fasilitas di pantai Laut Merah itu merupakan bagian dari jaringan penjara di kawasan di mana penyiksaan dan penganiayaan merajalela.
Kristine Beckerle, peneliti di Human Rights Watch, mengatakan Uni Emirat Arab dan mitranya, Yaman, memandang para narapidana sebagai ‘’tersangka teroris bernilai tinggi yang dituduh melakukan beragam hal terkat upaya melawan Al Qaeda di Yaman.’’
Selama enam bulan, para peneliti Human Rights Watch berkunjung ke Yaman untuk mendokumentasikan pelanggaran terhadap para tahanan.
Tim Beckerle mendapati bahwa sejumlah narapidana telah dibawa ke Assab, di mana Uni Emirat Arab mengoperasikan sebuah pangkalan militer selama hampir dua tahun. Ia mengatakan rincian tertentu termasuk berapa banyak tahanan yang ditahan Uni Emirat Arab di Eritrea sulit diverifikasi karena tidfak adanya akses ke fasilitas itu, dan penyangkalan pejabat-pejabat Uni Emirat Arab dan Eritrea.
“Sama sekali tidak ada transparansi atau komunikasi dengan keluarga maupun pemantau independen,” ujar Beckerle pada VOA. Ditambahkannya, “ada sejumlah besar penjara yang tidak bisa diakses siapapun kecuali karyawan penjara dan tahanan di dalamnya.”
Sejak Maret 2015, Uni Emirat Arab telah menjadi bagian pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk mengalahkan pemberontak Houti di Yaman. Pasukan koalisi itu juga berusaha menghancurkan Al Qaeda di Yaman.
Tetapi Human Rights Watch mengatakan upaya pasukan koalisi itu juga memiliki sisi kelam. Mereka menuding Uni Emirat Arab telah menyiksa tahanan di fasilitas tahanan informal di Yaman dan mengisolasi mereka dari dunia luar.
Organisasi itu mencatat bahwa 49 orang, termasuk empat anak-anak yang ditangkap atau dihilangkan secara paksa dan mengatakan 38 orang ditangkap oleh pasukan keamanan yang didukung Uni Emirat Arab. [em/ds]