Pemerintah negara-negara Eropa pada Minggu (23/5) menuduh Belarus melakukan aksi terorisme negara setelah memaksa sebuah pesawat komersial untuk melakukan pendaratan darurat di Minsk.
Belarus dituding mengeluarkan peringatan bom palsu dan kemudian menangkap seorang narablog (blogger) yang sering mengkritik Presiden Alexander Lukashenko yang otoriter.
Roman Pratasevich, mantan editor saluran Nexta and Nexta Live di Telegram, ditahan oleh polisi setelah pesawat Ryanair yang ditumpanginya dari Yunani ke Lithuania, dialihkan ketika melintas di wilayah udara Belarus. Pemerintah Minsk mengatakan Lukashenko memerintahkan militernya untuk mengerahkan pesawat tempur MiG-29 untuk mengawal pesawat tersebut.
"Saya menghadapi hukuman mati di sini," kata Pratasevich dengan suara bergetar kepada seorang penumpang sebelum polisi Belarus menyeretnya, menurut laporan Reuters.
Pemerintah Minsk telah menuduh Pratasevich melakukan terorisme dan menghasut kerusuhan, setelah saluran Nexta menjadi salah satu saluran utama untuk mengorganisir protes-protes anti Lukashenko tahun lalu terkait kecurangan pemilu.
Pratasevich sedang terbang dari Athena ke Vilnius, Ibu Kota Lithuania, ketika pesawat itu dialihkan ke Minsk.
Ryanair mengatakan dalam pernyataan bahwa awak pesawat itu diberitahu oleh pengendali lalu lintas udara di Belarus mengenai "kemungkinan ancaman keamanan di dalam pesawat dan diinstruksikan untuk mendarat di bandara terdekat, Minsk," meskipun catatan lalu lintas udara memperlihatkan jaraknya lebih dekat ke Vilnius.
Maskapai itu tidak menyinggung soal penangkapan Pratasevich.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan dalam pernyataan pada Minggu (23/5) bahwa AS mengecam keras pengalihan pesawat dan penahanan Pratasevich.
“Kami mengoordinasikan respons kami dengan mitra-mitra kami, termasuk Uni Eropa dan Lithuania dan para pejabat Yunani. Berhubung pendaratan paksa itu dilakukan berdasarkan situasi yang palsu, kami mendukung diadakannya pertemuan segera dengan Dewan Organisasi Aviasi Sipil Internasional untuk meninjau peristiwa ini," kata pernyataan Blinken.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, “Setiap pelanggaran peraturan transportasi udara internasional harus ada konsekuensinya." [vm/pp]