Para pemimpin Afrika dan Uni Eropa, Kamis (17/2) meluncurkan dua hari pertemuan puncak yang bertujuan memperbaharui hubungan melalui janji investasi besar dalam menghadapi persaingan dari Rusia dan China.
Hubungan antara benua bertetangga itu terhambat oleh berbagai masalah. Perselisihan itu mulai dari pasokan vaksin virus corona hingga menghentikan migrasi illegal juga gelombang kudeta di Afrika, dan pengaruh semakin besar dari tentara bayaran Rusia di Afrika.
"Ini mengawali kemitraan yang baru," kata Presiden Senegal Macky Sall, yang saat ini memimpin Uni Afrika ketika tiba untuk pembicaraan itu.
Presiden Emmanuel Macron dari Prancis, yang negaranya menjabat kepresidenan Uni Eropa bergilir, berharap pertemuan puncak pertama bersama sejak 2017 dapat meningkatkan cita-citanya untuk membina sebuah "Kesepakatan Baru ekonomi dan keuangan dengan Afrika".
"Kami berada di sini bukan untuk menjalankan bisnis seperti biasa," kata ketua Dewan Eropa Charles Michel.
Uni Eropa bertujuan untuk meyakinkan 40 pemimpin Afrika di Brussels bahwa Eropa adalah "mitra paling andal" dengan memperinci sebuah prakarsa investasi yang bertujuan untuk memobilisasi 150 miliar euro ($ 170 miliar) dana publik dan swasta selama tujuh tahun ke depan.
Skema itu menjadi bagian regional pertama dari Gerbang Global Uni Eropa, sebuah cetak biru investasi dunia senilai $300 miliar euro yang menyaingi China’s Belt and Road Initiative.
BACA JUGA: Vaksin, Investasi Iklim, Keamanan Jadi Agenda Top KTT UE-AfrikaUni Eropa sedang mengincar puluhan proyek ambisius untuk meningkatkan akses internet, jaringan transportasi, dan energi terbarukan sementara berupaya memberikan alternatif lain dari pinjaman murah Beijing.
Tetapi beberapa rincian tentang pendanaan masih belum jelas, dan proyek-proyek itu masih harus disepakati dengan Afrika.
Para pemimpin Afrika justru mendorong langkah yang jauh lebih konkret agar negara-negara Uni Eropa mengizinkan Dana Moneter Internasional (IMF) mengalokasikan puluhan miliar dolar untuk bantuan lebih lanjut. [mg/jm]