Negara-negara kuat di Eropa telah menolak seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk ikut mundur dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).
Para pengamat mengatakan ada beberapa faktor yang mendorong mereka untuk mempertahankan perjanjian itu.
Setelah para Menteri Luar Negeri Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di Brussels, Belgia, Jumat (10/1), untuk membahas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, Ketua urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan blok 28-negara itu akan terus berusaha menyelamatkan perjanjian itu. Berdasarkan perjanjian itu, negara-negara kuat dunia melonggarkan sanksi-sanksi internasional dengan imbalan Iran membatasi program nuklirnya.
"Kami ingin menyelamatkan perjanjian ini sebisa mungkin," kata Borrell kepada para wartawan setelah memimpin perundingan para menteri Uni Eropa di Brussels. "Berkat perjanjian ini, Iran bukan negara dengan kekuatan nuklir," tambahnya.
Trump telah menyerukan tiga negara Eropa penandatangan JCPOA -- Inggris, Prancis dan Jerman, semuanya sekutu AS -- untuk "menjauh" dari perjanjian itu. Dia menyampaikan seruan itu dalam pidatonya pada Rabu (8/1) yang merincikan responnya atas serangan rudal Iran terhadap pasukan AS di Irak sehari sebelumnya. Iran melancarkan serangan itu, yang tidak menimbulkan korban jiwa, sebagai balasan atas pembunuhan jenderal tinggi Iran Qassem Soleimani di Baghdad pekan lalu, sesuatu yang disebut AS sebagai aksi bela diri. [vm/ft]