Sementara Presiden Joe Biden menjadi tuan rumah KTT virtual dengan topik Iklim pada Hari Bumi ini, sebuah laporan pada Kamis (22/4) semakin memaparkan krisis di planet ini yang semakin besar, serta memperlihatkan suhu yang memecahkan rekor di Eropa dan Siberia yang berada di kawasan Arktik tahun lalu. Laporan ini muncul ketika Uni Eropa mengumumkan persetujuan iklim dan aturan pendanaan yang penting, yang dikecam keras oleh kelompok-kelompok pemerhati lingkungan.
Temuan Copernicus, layanan pemantau iklim yang direkrut Uni Eropa, suram. Eropa didera oleh panas dan curah hujan yang memecahkan rekor tahun lalu. Kawasan Arktik menyaksikan kondisi tahun yang paling panas. Kedua kawasan ini mengalami pemanasan lebih cepat dibanding angka rata-rata global.
“Eropa memiliki kenaikan panas pada laju dua kali dibandingkan dunia sejak masa praindustri. Sedangkan laju pemanasan Arktik selama dua dekade terakhir paling sedikit lima kali dibandingkan laju global," kata Freja Vamborg.
Freja Vamborg adalah ilmuwan senior di Copernicus, dan penulis utama dari laporan iklim Eropa yang terbaru ini. “Khususnya di Siberia Arktik yang mengalami panas yang memecahkan rekor tahun lalu, dan berdampak pada es laut, dan selanjutnya berdampak pada suhu,” tambahnya.
BACA JUGA: Uni Eropa Targetkan Pengurangan Emisi 55 Persen Tahun 2030Laporan hari Kamis itu memunculkan momentum baru pada KTT Iklim dua hari dari pemerintahan Biden, khususnya untuk Uni Eropa, yang selama ini dianggap pemimpin dalam upaya mengatasi perubahan iklim.
Blok beranggotakan 27 negara itu telah mencapai kesepakatan pada Rabu yang akan membuat sasaran iklimnya mengikat secara hukum. Uni Eropa berusaha mengurangi emisi gas rumah kaca paling sedikit 55 persen pada 2030, naik dari sasaran sebelumnya sebesar 40 persen, serta menjadi iklim netral pada 2050.
Pimpinan eksekutif Uni Eropa juga menerbitkan perangkat pertama dari kriterianya untuk pendanaan hijau – yang dimaksudkan untuk mengalirkan dana investasi bernilai miliaran dolar ke kegiatan-kegiatan yang secara resmi disebut sebagai ramah iklim.
Apa yang dijuluki sebagai peraturan taksonomi ini awalnya akan menanggapi bidang-bidang seperti kehutanan dan energi bio. Industri lain, seperti energi nuklir dan gas alam akan diatur kemudian.
Kepala layanan finansial Uni Eropa, Mairead McGuinness mengatakan kepada reporter, paket ini untuk mewujudkan sasaran netralitas iklim Uni Eropa. “Dana publik tidak mencukupi. Jadi menggairahkan investasi swasta untuk proyek-proyek berkesinambungan mutlak penting. Paket ini memberikan mereka yang berinvestasi, pengetahuan tentang apa yang berkesinambungan, dan juga memberi bisnis alat-alat untuk digunakan demi penyediaan informasi untuk pasar,” ujarnya.
Tetapi tidak semua pihak setuju. Kelompok lingkungan mengeluh bahwa ini merupakan proses yang terburu-buru untuk mencapai kesepakatan iklim. Mereka juga mengecam aturan investasi iklim perangkat pertama ini dan menuduh ini terbentuk oleh kepentingan politik dan bisnis, dan bukan sains. Beberapa kelompok mengatakan, mereka memutuskan untuk menghentikan pemberian saran kepada Komisi Eropa tentang penyusunan aturan ini.
Henry Eviston, pejabat keuangan untuk kebijakan berkesinambungan pada Kantor Kebijakan Eropa World Wildlife Fund (WWF) mengatakan, “Pesannya adalah bahwa Uni Eropa, yang menyebut dirinya pemimpin iklim, tidak mampu menerjemahkan omongannya sendiri ke dalam tindakan. Uni Eropa membiarkan kegiatan yang merugikan lingkungan dan menggolongkannya sebagai kegiatan yang ramah lingkungan.”
Organisasi lingkungan ini menuduh Swedia dan Finlandia melonggarkan peraturan pendanaan terkait energi bio dan kehutanan. WWF memperingatkan, negara dan bisnis lain juga melakukan hal yang sama dalam bidang gas alam dan energi nuklir.
Your browser doesn’t support HTML5
Pengamat lain setuju bahwa banyaknya kepentingan yang saling bersaing membuat penyusunan peraturan pembiayaan terkait lingkungan ini sangat sulit. Sebagian pengamat khawatir aturannya terlalu ketat sehingga akan mengacaukan investasi.
Tetapi kolom opini pada harian Financial Times mengutip pihak-pihak lain, memperingatkan, Brussels tidak bisa mengabaikan sains yang merupakan inti dari dilema perubahan iklim ini – dan yang seharusnya ditanggapi oleh peraturan-peraturan ini. [jm/ka]