Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) mengevakuasi staf internasionalnya di Gaza menyusul meningkatnya aksi protes di sepanjang perbatasan.
Direktur operasai UNRWA Matthias Schmale mengatakan, sembilan staf internasional yang memegang jabatan tidak penting untuk sementara dipindahkan ke Yerusalem.
UNRWA tengah menghadapi krisis pendanaan, terutama setelah Amerika Serikat memutuskan menghentikan seluruh dana bantuannya bagi organisasi itu. Padahal AS, yang biasa mengalirkan dana sebesar 300 juta dolar per tahun ke badan itu, merupakan donor terbesar.
Terkait masalah keterbatasan dana, badan itu terpaksa memberhentikan 113 stafnya di Gaza yang menangani program darurat dan mengubah ratusan posisi untuk pekerjaan paruh waktu, sehingga memicu serangkaian aksi protes dan pemogokan.
Schmale, yang masih tetap berada di Gaza, mengatakan, manajemen organisasi itu tidak dapat berfungsi sepatutnya dalam kondisi seperti sekarang.
UNRWA menyediakan bantuan makanan dan layanan dasar bagi 700 ribu warga Palestina yang mengungsi atau terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang tahun 1984 terkait pendirian negara Israel.
Dewasa ini, UNRWA menangani 5 juta pengungsi dan keturunan mereka. Sekitar 1,3 juta di antara mereka berada di Gaza.
Meski memindahkan sejumlah stafnya, UNRWA menegaskan bahwa beberapa staf internasional dan direktorat operasional badan itu akan tetap berada di Gaza.
Presiden Donald Trump berangsur-angsur menghentikan bantuan AS bagi organisasi itu sebagai bentuk protesnya kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang dianggapnya tidak kooperatif memajukan prospek perdamaian di Timur Tengah. [ab]