Utusan AS untuk rekonsiliasi Afghanistan, Zalmay Khalilzad, Senin (2/11) berkunjung ke Pakistan dan meninjau upaya pembangunan perdamaian Afghanistan dengan kepemimpinan militer negara itu.
Kunjungan tersebut dilakukan pada malam pemilihan presiden 3 November di Amerika, meskipun para analis mengatakan mereka tidak mengharapkan adanya perubahan signifikan dalam kebijakan Washington saat ini, terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu.
Pernyataan militer Pakistan mengatakan ketuanya, Jenderal Qamar Javed Bajwa, dan delegasi Khalilzad membahas proses perdamaian Afghanistan yang sedang berjalan dan ditengahi AS "dan langkah ke depan untuk perdamaian abadi" di Afghanistan.
BACA JUGA: Utusan AS untuk Afghanistan Kembali ke Qatar untuk Dorong PerdamaianPernyataan itu merujuk pada perundingan langsung selama berminggu-minggu yang berlangsung di Qatar antara pemberontak Taliban dan perwakilan pemerintah Afghanistan untuk mencapai penyelesaian politik yang akan mengakhiri perang Afghanistan selama hampir dua dekade.
Dialog perdamaian intra-Afghanistan itu adalah hasil dari perjanjian yang diprakarsai pemerintahan Presiden AS Donald Trump dengan Taliban pada akhir Februari untuk membebaskan pasukan AS dari konflik di Afghanistan, konflik yang terpanjang bagi Amerika.
Pakistan dipuji karena membawa para pemimpin Taliban ke meja perundingan dan membantu menengahi kesepakatan 29 Februari yang mengharuskan semua pasukan AS dan NATO meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021.
Sebagai imbalannya, para pemberontak harus memerangi aksi teror dan merundingkan kesepakatan damai dengan faksi-faksi di Afghanistan yang bersaing. Pernyataan militer hari Senin mengatakan bahwa Khalilzad "menghargai upaya tak kenal lelah Pakistan untuk memfasilitasi proses menuju perdamaian bersama di kawasan tersebut."
Meski demikian perundingan intra-Afghanistan di ibu kota Qatar, Doha, belum memberikan hasil yang diinginkan dan sebaliknya meningkatkan permusuhan di Afghanistan yang menewaskan puluhan orang setiap hari.
Meningkatnya kekerasan itu telah menimbulkan keprihatinan mengenai kelangsungan proses perdamaian tersebut. Meskipun kekerasan meningkat, Trump telah berulang kali mengatakan ingin menarik pulang pasukan AS untuk mengakhiri apa yang sering disebutnya perang tanpa akhir. [my/lt]