Utusan Khusus untuk Suriah Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata

Utusan khusus PBB-Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, mengatakan jika pemerintah Suriah mengambil langkah-langkah pertama untuk gencatan senjata, oposisi Suriah mengatakan kepadanya, mereka akan menanggapi secepatnya (foto, 15/10/2012).

Utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, mengemukakan pentingnya untuk melaksanakan gencatan senjata di Suriah.
Diplomat veteran asal Aljazair yang memainkan peran penting dalam perundingan yang mengakhiri perang saudara di Lebanon tahun 1989, Utusan Khusus PBB-Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, dalam konferensi pers di Beirut mengatakan, penting untuk melaksanakan gencatan senjata di Suriah.

Brahimi mengatakan mustahil untuk membatasi krisis itu di dalam perbatasan Suriah selamanya. Katanya, krisis itu harus dihentikan atau akan membesar dan menyebar ke bagian-bagian lain kawasan itu.

Brahimi mengatakan, para pemimpin oposisi Suriah mengatakan kepadanya bahwa mereka akan “menanggapi secara positif pengumuman gencatan senjata apapun oleh pemerintah,” dan ia berharap untuk menengahinya sebelum hari raya Idul Adha minggu depan.

Ia mengatakan, negara-negara lainnya di kawasan itu, juga PBB dan Liga Arab punya peran dalam menengahi gencatan senjata semacam itu, tetapi Pemerintah Suriah sendirilah yang harus menjadi penggerak utama.

Jurubicara Kementrian Luar Negeri Suriah Jihad Makdissi mengatakan, Suriah “menantikan Brahimi datang ke Damaskus” untuk meninjau kemungkinan itu dan “berharap Brahimi membawa unsur-unsur positif.”

Analis Timur Tengah Timor Giksel, mantan jurubicara PBB yang mengajar di Universitas Amerika di Beirut mengatakan, ia berpendapat Brahimi tidak mempunyai rencana khusus untuk mengakhiri krisis itu tapi ia menggali pendapat pelaku-pelaku penting di kawasan itu.

“Satu-satunya terobosan yang berperan dalam masalah ini adalah Iran dan Russia, dan saya tidak tahu apa yang diperoleh pelaku-pelaku ini. Yang lainnya tidak terlalu penting. Yang lainnya sekedar ingin tahu perkembangan dan mendapat pandangan umum, tetapi kita harus memperhatikan apa yang diperolehnya,” ujarnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Russia Mikail Bogdanov tidak menganggap penting misi Brahimi dalam komentar di Moskow hari Rabu dengan mengatakan, Brahimi tidak punya rencana damai khusus untuk menyelesaikan konflik itu.

Pakar Timur Tengah Fouad Ajami dari Hoover Institution di California mengatakan, Brahimi tampaknya tidak mungkin mencapai terobosan dalam konflik Suriah sebagaimana pendahulunya mantan sekjen PBB Kofi Annan.

Ajami mengatakan, “tidak ada yang baru di arena diplomatik mengenai Suriah” dan rakyat Suriah “sendiri tahu hal itu”. Ia menambahkan, Presiden Bashar al-Assad “berhasil menentang kekuatan dunia” juga NATO, dan satu-satunya faktor yang mungkin mengubah hal itu adalah tindakan yang lebih keras “oleh Amerika, Turki dan negara-negara Arab”.