Gempa berkekuatan 6,1 skala Richter mengguncang bangunan-bangunan di pulau utama Vanuatu pada Minggu (22/12) dini hari. Meskipun demikian, gempa tersebut tampaknya tidak menyebabkan kerusakan besar, berbeda halnya dengan gempa besar yang mematikan kepulauan Pasifik itu pada pekan lalu.
Pulau Efate, yang merupakan pulau terpadat di negara itu, masih merasakan dampak gempa berkekuatan 7,3 skala Richter pada Selasa. Gempa tersebut menewaskan 12 orang, merobohkan bangunan-bangunan beton di ibu kota Port Vila, dan memicu tanah longsor.
Gempa yang terjadi pada Minggu (22/12) memiliki kedalaman 40 kilometer dan berlokasi sekitar 30 kilometer di sebelah barat ibu kota.
Berbeda dengan gempa sebelumnya, tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan saat gempa terjadi pada pukul 02.30 waktu setempat.
Pengusaha di Kota Port, Vila Michael Thompson, mengatakan kepada AFP bahwa gempa tersebut membangunkan keluarganya.
BACA JUGA: Gempa Dahsyat Vanuatu Tewaskan Sedikitnya 14 Orang, Warga: “Orang-orang Berteriak Dari Bawah Reruntuhan”"Guncangannya lebih keras dan jendela-jendela bergetar sedikit, menyebabkan rumah-rumah bergetar," katanya.
"Namun, sebenarnya tidak ada pergerakan yang signifikan, hanya beberapa inci saja. Sementara itu, pada gempa utama, Anda akan merasakan pergerakan properti hingga satu setengah meter dengan sangat cepat dan tiba-tiba."
Thompson mengatakan tidak ada tanda-tanda kerusakan terjadi lebih lanjut di daerah sekitarnya.
Jaringan seluler masih terputus sejak awal minggu, sehingga menyulitkan komunikasi dengan Vanuatu.
Selain mengganggu komunikasi, gempa pertama menghancurkan pasokan air dan mengakibatkan terhentinya operasi di pelabuhan pengiriman utama ibu kota.
Setelah gempa pertama, negara Pasifik Selatan tersebut mengumumkan keadaan darurat selama tujuh hari dan memberlakukan jam malam. Pada Sabtu, mereka akhirnya mencabut kebijakan penangguhan penerbangan komersial, sebagai langkah untuk memulai kembali industri pariwisata yang vital.
Tim penyelamat pada Jumat mengatakan bahwa mereka memperluas pencarian korban selamat yang terjebak ke "banyak tempat runtuh" di luar ibu kota.
Minggu ini, Australia dan Selandia Baru mengerahkan lebih dari 100 personel beserta perlengkapan penyelamat, anjing, dan peralatan bantuan untuk membantu mencari korban yang terjebak dan melakukan perbaikan darurat.
"Beberapa lokasi mengalami keruntuhan besar di mana bangunan-bangunan hancur total," kata pemimpin tim penyelamat Australia, Douglas May pada Jumat.
Lebih dari 1.000 orang mengungsi akibat gempa pertama, banyak di antaranya kini tinggal di rumah sementara atau pusat evakuasi, menurut laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengutip pejabat manajemen bencana Vanuatu.
Vanuatu, negara kepulauan dengan sekitar 320.000 penduduk, terletak di Cincin Api Pasifik yang rawan gempa.
Menurut Dewan Bisnis Australia-Kepulauan Pasifik, industry pariwisata menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi negara tersebut. [ah/ft]