Munculnya dua kasus omicron yang diduga kuat merupakan transmisi lokal pertama di Surabaya pada awal tahun baru mengejutkan banyak kalangan.
Juru bicara urusan vaksinasi COVID-19 dr. Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual tanggal 2 Januari mengkonfirmasi terjangkitnya dua warga Surabaya “yang diketahui habis berlibur ke Bali bersama keluarga besar.” Ditambahkannya, pasien sudah dievakuasi dan diisolasi di rumah sakit. Keduanya dilaporkan tidak memiliki gejala atau asimtomatik.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyatakan telah melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi perebakan varian baru ini, termasuk menyiagakan sarana kesehatan untuk siap menerima pasien varian baru COVID-19 ini. Khofifah meminta masyarakat tetap bersikap tenang dalam menghadapi perebakan varian baru virus corona, namun meningkatkan kewaspadaan dengan memastikan protokol kesehatan dijalankan dengan ketat.
"Kita semua harus tetap waspada, kita semua harus tetap hati-hati, bahwa ini sesuatu yang tidak boleh menjadikan kita panik, tapi juga jangan kita lengah.”
Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya), Dokter Risma Ikawaty, mengatakan perebakan varian omicron ini diketahui cukup cepat dibandingkan varian telah ada. Namun gejala yang ditimbulkan dari kasus ini masih lebih ringan dibandingkan varian delta atau varian sebelumnya yang pertama kali merebak di Wuhan, China.
“Yang diperlihatkan gejalanya masih cukup ringan, masih lebih ringan dibandingkan yang delta, sebelumnya. Cuma memang dari beberapa laporan itu katanya memang omicron ini penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan yang delta, dibandingkan yang sebelumnya," katanya.
BACA JUGA: WHO: Dampak Omicron Mungkin Tak Terlalu Parah, Tapi Bukan Berarti RinganNamun Risma Ikawaty mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah, khususnya bagi yang sering bepergian. Selain tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat, Risma menekankan pentingnya vaksinasi pada masyarakat untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan berbagai varian virus corona.
“Karena delta itu kan kejadiannya di pertengahan tahun lalu sampai hampir akhir tahun, kemudian kan ini kasus melandai. Nah, orang itu akhirnya mungkin merasa bahwa COVID-19 ini selesai," katanya.
"Padahal pandemi ini kan masih berlangsung, dan kemudian ternyata ada varian baru. Jadi, sebetulnya yang perlu kita lakukan untuk mencegah, kurang lebih sama dengan yang sebelum-sebelumnya. Jadi, 5 M, kemudian kalau belum divaksin, ya divaksinlah," lanjut Risma.
Warga Surabaya, Yosi Pambudi, berharap pemerintah melakukan langkah-langkah pencegahan agar varian omicron maupun varian baru lainnya, tidak sampai menjadi gelombang baru perebakan virus corona. Penyekatan atau pembatasan pergerakan masyarakat harus dilakukan, termasuk yang baru datang dari luar negeri, agar virus corona varian baru ini tidak semakin menyebar di masyarakat.
“Pembatasan aktivitas, itu yang paling utama. Berkaca dari varian delta yang beberapa saat lalu ternyata itu kan lumayan, cukup efektif membatasi gerak orang dari satu kota ke kota yang lain, walau pun nantinya itu akan berimbas pada sektor perekonomian. Nanti kalau sehat ekonominya jalan lagi. Kalau semuanya sudah sehat, aman, ekonomi In syaa Allah berjalan, itu menurut saya," pungkasnya. [pr/em]