Venezuela Batalkan Paspor Puluhan Jurnalis dan Aktivis

Organisasi HAM menilai pemerintahan Presiden Maduro melakukan kampanye penindasan yang meningkat terhadap jurnalis dan para pengkritik di Venezuela (foto: dok).

Pemerintah Venezuela telah membatalkan paspor puluhan jurnalis dan aktivis sejak Presiden Nicolas Maduro mengklaim menang lagi dalam pemilu pada musim panas lalu. Ini menandai apa yang disebut berbagai organisasi HAM sebagai kampanye penindasan yang meningkat terhadap para pengkritik pemimpin itu, kata berbagai laporan media.

Paspor sedikitnya 40 orang – terutama jurnalis dan aktivis – telah dibatalkan tanpa penjelasan apa pun. Hal tersebut pertama kali diberitakan Financial Times pada hari Sabtu, mengutip organisasi berbasis di Venezuela, Laboratorio de Paz.

Organisasi HAM itu mengatakan paspor orang-orang itu telah disita sewaktu hendak menaiki pesawat di bandara utama negara itu.

Kabar itu muncul setelah Maduro dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilu Juli lalu yang banyak ditentang oleh otoritas pemilu dan peradilan.

BACA JUGA: Penindasan di Venezuela Makin Memburuk Pascapilpres 

Pihak oposisi Venezuela menolak klaim bahwa Maduro menang pemilu itu. Sepuluh pemerintah negara-negara Amerika Latin dan AS juga telah menyatakan bahwa mereka menolak putusan Mahkamah Agung Venezuela untuk mengukuhkan klaim Maduro bahwa ia menang dan terpilih lagi sebagai presiden.

Lebih dari 2.000 jurnalis, aktivis dan demonstran antipemerintah telah ditangkap di Venezuela sejak pemilu yang diperdebatkan itu, lapor Komite Perlindungan Jurnalis.

Laboratorio de Paz memperingatkan bahwa jumlah orang yang paspornya dibatalkan kemungkinan jauh lebih banyak karena banyak orang Venezuela yang kemungkinan besar takut melaporkan insiden semacam itu.

Pemerintah Venezuela bukan satu-satunya yang menargetkan para pengkritik dengan membatasi pergerakan mereka.

Laporan Freedom House pada Agustus lalu mendapati sedikitnya 55 negara yang selama satu dekade ini telah membatasi kebebasan bergerak bagi orang-orang yang mereka anggap sebagai ancaman, termasuk jurnalis.

“Ini adalah jenis taktik yang benar-benar menunjukkan sikap mendendam dan menghukum dari beberapa negara,” kata Jessica White, salah seorang penulis laporan itu kepada VOA pada Agustus lalu.

Venezuela berada di peringkat 156 dari 180 negara dan teritori dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia, di mana peringkat 1 menunjukkan lingkungan terbaik untuk kebebasan media. [uh/ab]