Beberapa jam menjelang lawatan pertama Presiden Barack Obama ke Vietnam, negara itu hari Minggu (22/5) melakukan pemilu sekali dalam lima tahun untuk mengesahkan parlemen yang keanggotaannya sudah ditentukan sebelumnya oleh Partai Komunis.
Di tengah kekhawatiran tentang melonjaknya hutang publik, defisit anggaran yang serius dan klaim agresif China tentang wilayah laut di sekitarnya, ada harapan besar atas lawatan Obama, baik dari kalangan pemerintah maupun aktivis HAM Vietnam.
Pemerintah Vietnam ingin agar Obama mencabut embargo ekspor senjata sehingga Vietnam bisa memiliki posisi yang lebih kuat terhadap China, sementara para aktivis HAM ingin Obama meminta pertanggungjawaban negara satu partai yang represif yang memperlakukan para pengecamnya secara serampangan itu.
Pemungutan suara berakhir jam tujuh malam, beberapa jam sebelum Obama tiba di Hanoi. Hasil pemilu untuk memilih ke-500 anggota Majelis Nasional itu diperkirakan akan diumumkan dalam 20 hari. Tetapi sebagian besar proses ini merupakan formalitas.
Menurut Human Rights Watch, Partai Komunis mengendalikan pemilu dan sudah menentukan siapa yang akan bertarung dan berapa banyak kursi bagi anggota non-partai.
Ada harapan yang terlalu besar tentang pengumuman apapun yang akan dikeluarkan dalam lawatan Obama. Tetapi fakta bahwa Obama meluangkan waktu melawat ke Vietnam pada tahun terakhir masa jabatannya, menunjukkan perhatian pemerintah Amerika yang sangat besar atas Asia, khususnya sikap terhadap meningkatnya keagresifan China di kawasan tersebut. [em/ii]