Virus korona, Senin (24/2), mulai menimbulkan dampak serius di Eropa dan Timur Tengah. Para pejabat di kawasan itu berupaya keras membatasi penularan wabah yang menunjukkan tanda-tanda membaik di China, tetapi menimbulkan ancaman baru di kawasan lain.
Di Italia, pihak berwenang membuat penghalang-penghalang jalan, membatalkan pertandingan sepak bola dan menutup sejumlah situs terkenal, termasuk gedung opera La Scala yang terkenal.
Di Iran, pemerintah mengatakan sedikitnya 12 orang meninggal. Sedangkan sementara lima negara tetangga lainnya, yaitu Irak, Kuwait, Bahrain, Oman dan Afghanistan, melaporkan kasus-kasus pertama virus korona, yang semuanya terkait dengan kasus di Iran.
Di seluruh dunia, pasar-pasar saham dan nilai tukar terjun bebas karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global akibat penyebaran virus yang terus meluas. Indeks Dow Jones Industrial Average, Senin (24/2) sore, merosot 3,56 persen atau lebih dari 1.000 point. Ini adalah penurunan terbesar dalam dua tahun ini.
Jumlah orang yang sakit akibat virus korona di seluruh dunia kini mencapai 79.000 orang dan di mana pun terjadi penularan baru, para pejabat bergegas berupaya mengatasinya.
“Beberapa minggu terakhir ini telah menunjukkan berapa cepat virus baru ini menyebar di seluruh dunia dan menimbulkan ketakutan dan gangguan,” ujar Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Apakah virus ini berpotensi menjadi wabah? Tentu saja! Tetapi saat ini kita tidak melihat penularan virus secara global yang tidak tertangani,” tambahnya.
Lebih jauh Ghebreyesus mengatakan satu tim pakar WHO yang saat ini berada di China yakin virus itu merebak antara 23 Januari hingga 2 Februari, dan kini penularannya terus menurun. Tim itu mengatakan tingkat kematian di China antara 2 persen, sementara di Wuhan – di mana virus itu bermula – tingkat kematian mencapai 4 persen. Di luar Wuhan, tingkat kematian sekitar 0,7 persen. [em/pp]