Presiden Guatemala terpilih Bernardo Arevalo menunggu untuk dilantik pada hari Minggu (14/1) ketika Kongres yang berisi wajah-wajah lama menunda pelantikannya, memicu protes dan amarah para pengunjuk rasa yang muak dengan upaya selama berbulan-bulan untuk mencegah Arevalo menjabat.
Para pendukung, yang sudah menunggu berjam-jam untuk merayakan pelantikannya di Plaza de la Constitucion yang merupakan simbol Guatemala City, merasa muak dengan kembali terjadinya penundaan. Mereka lantas bergerak menuju gedung pertemuan kongres.
Mereka bentrok dengan barisan polisi antihuru-hara, yang mengusir mereka dengan kasar sebelum akhirnya berkumpul di luar kongres, menuntut para anggota kongres untuk berhenti menunda-nunda pelantikan dan menunjuk seorang delegasi yang harus menghadiri upacara pelantikan.
BACA JUGA: Pilih China, Nikaragua Tutup Hubungan dengan Taiwan“Saya berunjuk rasa membela hak Guatemala, karena banyak korupsi. Negara ini dijarah. Guatemala berada dalam kemiskinan ekstrem dan kita membutuhkan demokrasi,” kata Juan Galeano, salah satu pengunjuk rasa.
Pelantikan itu pun lantas diwarnai dengan perselisihan dan ketegangan hukum, seperti yang terjadi hampir setiap hari sejak kemenangan gemilang Arevalo dalam pemilu 20 Agustus lalu.
Kongres, yang seharusnya menghadiri pelantikan sebagai sebuah sesi khusus badan legislatif, terlibat dalam pertikaian sengit mengenai siapa yang harus diakui sebagai bagian dari delegasi kongres. Mereka saling meneriaki satu sama lain.
Komisi pimpinan yang bertugas melakukan hal tersebut dipenuhi oleh para penentang lama Arevalo, dan penundaan itu pun dianggap sebagai taktik untuk menunda pelantikan dan melemahkannya.
Bagi banyak warga Guatemala, pelantikan presiden pada hari Minggu itu bukan hanya mewakili puncak kemenangan Arevalo dalam pemilu, namun juga keberhasilan mereka dalam mempertahankan demokrasi di negara itu. [rd/rs]