Warga Rusia Unjuk Rasa Tuntut Demokrasi dan Pemilu yang Bersih

Warga Rusia melakukan unjuk rasa di Moskow meneriakkan slogan-slogan yang menuntut pemilu bersih dan demokrasi (10/12).

12.000 lebih warga Rusia menanggapi komentar Presiden Medvedev tentang demonstrasi di Rusia di jaringan sosial facebook.

Dua hari setelah demonstrasi terbesar di Rusia dalam tiga puluh tahun ini, Presiden Rusia, Dmitri Medvedev menanggapinya dengan beberapa kalimat dalam jaringan sosial facebook.

Dia menulis “Saya tidak setuju dengan slogan-slogan itu, tidak juga dengan pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan pada aksi protes itu.”

Dalam beberapa menit, muncul jawaban, slogan-slogan yang mana?

Apakah Medvedev keberatan dengan slogan utama tentang-“pemilu yang bersih?”

Dalam waktu 24 jam 12.000 lebih warga Rusia menanggapi komentar itu dengan menulis “Memalukan” dan “Menyedihkan”.

Tiba-tiba saja, warga kelas menengah Rusia mengatakan mereka sudah muak- di depan umum.

Mikhail Morozov, seorang manejer penjualan adalah salah satunya. Dia mengatakan pemungutan suara minggu lalu adalah buang-buang waktu saja karena pemerintah sudah memutuskan hasilnya sebelum pemilu dilangsungkan.

Akhir minggu lalu, demonstrasi terjadi di 95 kota di Rusia.

Evgeniya Chesnikova, seorang guru catur berusia 30 tahun datang ke Moskow untuk berdemonstrasi dengan membawa bunga-sebagai simbol atas harapannya supaya gerakan protes itu akan tetap damai. Ia mengatakan, “Saya datang kesini karena rejim otokratik Putin, rejim ini tidak boleh lagi berkuasa. Rejim ini dipenuhi penjahat dan koruptor."

PM Vladimir Putin ingin memperpanjang masa kekuasaannya di Rusia untuk enam tahun lagi dengan memenangkan pemilu Presiden bulan Maret mendatang.

Hari Senin, rapat umum Hari Konstitusi yang direncanakan di dekat dinding Kremlin berubah menjadi rapat umum pro-Putin yang dihadiri beberapa ribu pendukungnya.

Beberapa blok dari tempat itu, Mikhail Prokhorov, orang terkaya ketiga di Rusia dan pemilik klub basket Amerika, New Jersey Nets mengadakan konferensi pers.

Milyuner lajang itu mengumumkan ia mencalonkan diri sebagai presiden.

Masha Lipman, analis pada Carnegie Center di Moskow mengatakan Putin bisa menghadapi masalah. Popularitasnya terus menurun sejak ia mengumumkan akan bertukar jabatan dengan Presiden Dmitry Medvedev tiga bulan lalu.