Kelompok Negara Islam atau ISIS mengambilalih kota kuno Palmyra, dan beberapa lokasi reruntuhan zaman Romawi yang termasyhur, Kamis (21/5). Kemajuan baru ini membuat ISIS menguasai sekitar setengah wilayah Suriah.
Pengambilalihan itu mengancam Lokasi Warisan Budaya Dunia UNESCO yang berumur 2.000 tahun itu, lokasi-lokasi arkeologi lain dan artefak-artefak yang berharga.
ISIS telah menghancurkan serangkaian benda dan tempat bersejarah dalam invasinya di Irak dan Suriah, dan menyebut apa yang mereka hancurkan itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Direktur urusan purbakala Suriah, Maamoun Abdulkarim, mengungkapkan, kemajuan yang dicapai ISIS itu sebagai kejatuhan peradaban. Masyarakat beradab, katanya, telah dikalahkan barbarisme.
Sejauh ini belum ada laporan mengenai kerusakan di tempat bersejarah itu. Abdulkarim mengatakan, ratusan patung telah dipindahkan dari kota itu, menjelang pengambilalihan kekuasaan oleh ISIS. Artefak lainnya yang terlalu besar, tidak dapat dipindahkan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Marie Harf, mengatakan hari Rabu (20/5), para pejabat AS prihatin dan berharap kota Palmyra tidak rusak. Tapi dia menambahkan, tidak tahu apa lagi yang dapat dilakukan pada saat ini.
Para militan itu berhasil mengusir hampir semua pasukan pemerintah Suriah keluar Palmyra, Rabu malam, setelah berlangsung pengepungan selama seminggu dan pertempuran sengit di sebelah utara kota itu.