Dengan mengenakan selimut dan rompi anti-peluru serta topi helm, reporter Adnan Can dan juru kamera Habib Dermirci melaporkan langsung situasi di Ukraina dari sebuah tempat perlindungan darurat.
Jurnalis TV Alaraby ini berusaha meninggalkan Irpin, sebuah kota kecil yang berada sekitar 28 kilometer barat laut dari Kyiv pada Sabtu (5/3) ketika letusan senjata tentara Rusia memaksa mereka untuk kembali.
Sambil duduk di tanah, Can, yang berusia 39 tahun, menggambarkan di depan kamera bagaimana sebuah keluarga menawarkan mereka perlindungan di rumah mereka. Sebagaimana awak berita ini, mereka juga terperangkap oleh tembakan Rusia dan pertempuran.
“Sepanjang Sabtu malam kami berada di rumah sebuah keluarga yang juga terdampar di daerah ini, kata Can, dan menambahkan bentrokan sengit telah memblokir rute perjalanan mereka menuju ke tempat yang aman.
Dalam siaran video lain pada Minggu (6/3), reporter itu mengatakan dia telah pindah ke sebuah tempat berlindung di dekat rumah keluarga itu, bersama ratusan warga setempat, termasuk warga yang berusia lanjut, perempuan dan anak-anak.
Tempat berlindung itu tidak memiliki listrik dan mereka kekurangan air dan makanan katanya.
Video yang dibuat kru ini memperlihatkan kerusakan yang dialami bangunan dan mobil, serta langit yang diwarnai oranye yang berasal dari tembakan.
BACA JUGA: Keberadaan Media Independen Rusia Semakin Terancam“Kami berada dalam pengepungan yang mencekik disini,” demikian dilaporkan Can.
Jurnalis ini bekerja untuk TV Alaraby, sebuah saluran satelit berbahasa Arab yang berbasis di London.
Moutaz Al Qaissia, seorang redaktur penugasan di London, terus melakukan kontak dengan rekan-rekannya. Sampai Senin (7/3), katanya, kedua jurnalis itu masih terperangkap.
“Mereka terperangkap di dalam tempat perlindungan itu karena pasukan Rusia berusaha mengambil alih Irpin dan pasukan Ukraina melawan,” demikian kata Al Qaissia kepada VOA dalam sebuah wawancara melalui telepon.
TV Alaraby pada minggu lalu memutuskan untuk mengevakuasi semua stafnya dari ibu kota Ukraina karena mengantisipasi akan terjadi peningkatan bentrokan.
“Secara keseluruhan kami punya enam staf yang dikirim ke Kyiv,” katanya. “Empat dari mereka memutuskan untuk meninggalkan kota itu ketika situasinya masih memungkinkan, tetapi Adnan dan Habib secara sukarela tinggal dan meneruskan liputan mereka.”
Staf lainnya pergi ke Lviv, sebuah kota Ukraina yang berdekatan dengan perbatasan dengan Polandia, dan melaporkan dari sana, kata Al Qaissia.
Alaraby adalah sebuah jaringan berita pan-Arab yang didanai oleh Qatar, dan mendedikasikan sebagian besar waktu siarannya untuk perang di Ukraina. [jm/em]