Wakil Presiden AS sekaligus calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris pada hari Minggu (4/8) mewawancarai tiga calon kandidat wakil presiden. Harris akan segera menentukan siapa yang akan mendampinginya untuk melawan mantan Presiden Donald Trump dan pendampingnya Senator Ohio JD Vance dari Partai Republik dalam kontestasi pemilu November mendatang.
Harris bertemu dengan Gubernur Tim Walz dari Minnesota, Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, dan Senator Arizona Mark Kelly di kediaman wakil presiden di Naval Observatory, Washington, D.C.
Ia juga telah bertemu calon potensial lainnya pada hari Jumat (2/8) yakni Menteri Transportasi Pete Buttigieg, dan juga tengah mempertimbangkan dua gubernur lainnya, JB Pritzker dari Illinois dan Andy Beshear dari Kentucky.
Para ajudan Harris menggambarkan pertemuan tatap muka tersebut sebagai "tes kecocokan," sebuah kesempatan bagi Harris untuk mengukur hubungan pribadinya dengan para calon kandidat yang telah ia kenal dalam berbagai tingkatan.
Ahli strategi Partai Demokrat Donna Brazile mengatakan dalam acara This Week di ABC pada Minggu pagi bahwa Harris akan memilih calon wakilnya "hari ini." Brazile mengatakan Harris akan memilih dari sekelompok "orang-orang berbakat, beberapa mungkin lebih baik dari yang lain. Saya tahu dia akan membuat pilihan yang sangat bagus dan bersejarah."
BACA JUGA: “Meme” dan Postingan Menyerang di Media Sosial Warnai Pilpres ASTim kampanye Harris mengatakan bahwa ia kemudian berencana untuk memulai tur di tujuh negara bagian yang menjadi medan pertempuran politik bersama calon wakilnya, yang dimulai pada hari Selasa (6/8) di Philadelphia.
Kota tersebut merupakan kota terbesar keenam di Amerika Serikat dan merupakan basis utama Partai Demokrat di Pennsylvania – negara bagian yang diincar oleh Harris dan Trump karena sangat penting bagi peluang memenangkan masa jabatan empat tahun di Gedung Putih yang akan dimulai bulan Januari 2025.
Upaya seleksi yang dilakukan Harris untuk mencari pasangannya ini tidak seperti biasanya, karena sampai dua minggu lalu, ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden Joe Biden. Namun, setelah penampilan debat yang buruk ketika melawan Trump pada akhir Juni lalu, ditambah angka jajak pendapat yang menurun, Biden memilih untuk mengakhiri kampanyenya dan dengan cepat mendukung Harris.
Partai Demokrat menyambut cepat kampanye Harris dan ia akan menjadi wanita kulit hitam pertama dan keturunan India pertama yang menjadi calon presiden dari sebuah partai politik besar di AS.
Biden telah membuntuti Trump dalam jajak pendapat nasional sekitar enam poin persentase sebelum mengakhiri kampanyenya, tetapi Harris dengan cepat mengimbangi atau sedikit di depan Trump, tergantung dari serangkaian jajak pendapat.
Pemilihan umum nantinya akan diadakan pada tanggal 5 November, tiga bulan lagi dari hari Senin (5/8), dan masih banyak hal yang belum pasti, termasuk apakah Harris dan Trump akan berdebat.
Sebelumnya, Trump dan Biden telah dijadwalkan untuk kedua kalinya berhadapan dalam sesi debat pada tanggal 10 September di ABC News, lagi-lagi tanpa penonton langsung, seperti halnya ketika Biden dan Trump bertemu pada tanggal 27 Juni lalu.
Sekarang, Trump telah menyatakan mundur dari rencana tersebut, meskipun Harris mengatakan bahwa ia akan hadir untuk berdebat. Trump mengatakan bahwa dia setuju untuk berdebat pada tanggal 4 September di depan audiens secara langsung di Fox News, platform konservatif yang telah lama memberinya liputan yang sesuai dengan keinginannya. Harris pun menolak untuk mengubah rencana debat awal yang telah disepakati antara Trump dengan Biden.
Trump juga menghadapi tantangan hukum karena kampanye 2024 akan dimulai bulan depan dengan pemungutan suara awal di sejumlah negara bagian.
Mantan presiden tersebut dihukum atas 34 tuduhan kejahatan pada akhir Mei lalu karena memalsukan catatan bisnis pada tahun 2016 untuk menyembunyikan pembayaran uang tutup mulut sebesar US$130,000.
BACA JUGA: Kamala Harris akan Bawa Kesinambungan Kebijakan Luar Negeri ASPembayaran itu diberikan kepada seorang bintang film porno guna membungkam klaimnya bahwa dia pernah melakukan kencan satu malam dengan Trump satu dekade sebelumnya – sebuah pertemuan yang dibantahnya.
Trump telah berusaha untuk membatalkan putusan tersebut. Namun, jika Hakim Mahkamah Agung New York Juan Merchan menolak upaya tersebut, Trump akan dijatuhi hukuman pada tanggal 18 September. Dia dapat dikenakan masa percobaan, atau dijatuhi hukuman hingga empat tahun penjara.
Sementara, kedua kandidat sedari awal telah terlibat dalam perdebatan sengit.
"Saya dulu adalah seorang jaksa penuntut. Dalam peran itu, saya menghadapi semua jenis pelaku kejahatan," kata Harris saat membuka kampanyenya. "Predator yang melecehkan perempuan, penipu yang menipu konsumen, penipu yang melanggar aturan demi keuntungan mereka sendiri. Jadi, dengarkan saya ketika saya mengatakan, saya tahu tipe Donald Trump."
Trump seringkali dengan sengaja salah mengucapkan nama depan Harris dan menyebutnya sebagai "orang gila kiri yang radikal," "IQ rendah," dan "bodoh." [th/ka]