Seorang pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan flu burung jenis baru di China yang telah menewaskan 22 orang dan tersebar di tujuh provinsi dan kota adalah salah satu jenis yang paling mematikan hingga kini.
BEIJING —
Sekelompok pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berbicara dengan para wartawan hari Rabu mengenai virus H7N9, yang telah menulari lebih dari 100 orang di China. Tim WHO itu tiba akhir pekan lalu dalam kunjungan lima hari untuk mempelajari virus itu lebih lanjut.
Keiji Fukuda, asisten direktur WHO untuk jaminan kesehatan mengatakan, pada saat ini, belum cukup bukti bahwa virus itu dapat menular antar manusia dengan mudah. "Ketika kami mempelajari virus influenza, ini adalah virus yang sangat berbahaya bagi manusia. Berdasarkan bukti yang kami temukan, virus ini lebih mudah menular dari unggas ke manusia daripada H5N1," paparnya.
Virus flu burung H5N1 muncul pada tahun 2003. Dalam satu dasawarsa terakhir, virus ini telah melanda tiga benua dan menewaskan lebih dari separuh dari 622 orang yang terinfeksi.
WHO dan para pejabat kesehatan China menekankan bahwa upaya untuk memahami jenis flu baru ini masih berada pada tahap awal.
Liang Wannian dari Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana mengatakan efektifitas upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah masih belum jelas. Ia mengatakan risiko kesehatan masyarakat karena virus itu juga masih belum jelas. "Ada banyak faktor yang masih belum diketahui, termasuk sumber virus, mutasi virus, patogenisitas, virulensi, migrasi, gejala klinis dan situasi epidemiologi virus, sehingga kami perlu mempelajari lebih banyak, ada begitu banyak hal yang masih harus dipelajari,” paparnya.
Para ilmuwan China dan WHO sepakat bahwa unggas-unggas yang tertulari virus itu, terutama ayam, kemungkinan besar adalah sumber penularan pada manusia.
Sejauh ini, sebagian besar kematian dan penularan dari flu jenis baru itu terjadi di Shanghai. Seperti banyak kota lain di mana virus itu muncul, pihak berwenang di Shanghai telah menutup pasar-pasar unggas.
Keiji Fukuda, asisten direktur WHO untuk jaminan kesehatan mengatakan, pada saat ini, belum cukup bukti bahwa virus itu dapat menular antar manusia dengan mudah. "Ketika kami mempelajari virus influenza, ini adalah virus yang sangat berbahaya bagi manusia. Berdasarkan bukti yang kami temukan, virus ini lebih mudah menular dari unggas ke manusia daripada H5N1," paparnya.
Virus flu burung H5N1 muncul pada tahun 2003. Dalam satu dasawarsa terakhir, virus ini telah melanda tiga benua dan menewaskan lebih dari separuh dari 622 orang yang terinfeksi.
WHO dan para pejabat kesehatan China menekankan bahwa upaya untuk memahami jenis flu baru ini masih berada pada tahap awal.
Liang Wannian dari Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana mengatakan efektifitas upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah masih belum jelas. Ia mengatakan risiko kesehatan masyarakat karena virus itu juga masih belum jelas. "Ada banyak faktor yang masih belum diketahui, termasuk sumber virus, mutasi virus, patogenisitas, virulensi, migrasi, gejala klinis dan situasi epidemiologi virus, sehingga kami perlu mempelajari lebih banyak, ada begitu banyak hal yang masih harus dipelajari,” paparnya.
Para ilmuwan China dan WHO sepakat bahwa unggas-unggas yang tertulari virus itu, terutama ayam, kemungkinan besar adalah sumber penularan pada manusia.
Sejauh ini, sebagian besar kematian dan penularan dari flu jenis baru itu terjadi di Shanghai. Seperti banyak kota lain di mana virus itu muncul, pihak berwenang di Shanghai telah menutup pasar-pasar unggas.