WHO: Korban Jiwa akibat Kecelakaan Lalu Lintas Bisa Diturunkan

  • Lisa Schlein

Menurut Etienne Krug, Direktur WHO, sekitar separuh dari semua kematian lalu lintas melibatkan pejalan, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor (foto: ilustrasi).

Sebuah kajian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendapati 1,25 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas, namun banyak dari kecelakaan itu sebetulnya bisa dicegah.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan jumlah kematian tahunan akibat kecelakaan lalu lintas tetap tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut badan PBB itu, jumlah tersebut tidak akan turun, karena sedikit negara yang memiliki undang-undang keselamatan jalan yang menyeluruh yang bisa mencegah dan mengurangi korban jiwa maupun luka-luka.

Tanpa tindakan untuk mengatasi masalah akibat perbuatan manusia ini, WHO memperkirakan, sekitar 1,9 juta orang akan meninggal di jalan setiap tahun menjelang tahun 2020.

Kajian itu juga mendapati hanya 28 negara, hanya tujuh persen dari penduduk dunia, memiliki undang-undang yang mencakup kelima faktor risiko besar. Ini termasuk mengemudi dalam keadaan mabuk, ngebut, tidak mengenakan sabuk pengaman dan helm sepeda motor, serta tidak adanya sarana pengaman bagi anak-anak.

Direktur WHO untuk Pencegahan Kecelakaan dan Kekerasan Etienne Krug mengatakan, sekitar separuh dari semua kematian lalu lintas jalan melibatkan pejalan, pengendara sepeda, dan pengendara sepeda motor.

"Kita belum melakukan investasi cukup dalam kebijakan lalu lintas atau angkutan yang melindungi pengguna jalan. Tujuh puluh sembulan negara punya kebijakan untuk memisahkan pejalan dan pengendara sepeda dari jalur cepat lalu lintas jalan raya. Jadi, sekali lagi, kita tahu bahwa banyak dari mereka yang meninggal di jalan adalah pengguna jalan yang rentan, begitu mereka menyebutnya. Tetapi, umumnya negara tidak mempunyai kebijakan untuk melindungi mereka," paparnya.

Laporan itu menyebutkan, umumnya yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas berusia antara 15 dan 44 tahun, dan 77 persen adalah laki-laki.

Menurut Krug, angka kematian dan luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas di negara-negara maju umumnya semakin berkurang; tetapi di Afrika, Timur Tengah dan sebagian Asia dan Amerika Latin, situasinya semakin buruk.

"Ini juga terkait fakta bahwa di negara-negara itu kita bisa menyaksikan pertumbuhan pesat ekonomi. Kita lihat jalan baru sedang dibangun, banyak mobil diimpor, pengemudi baru turun ke jalan dan ini tidak sesuai dengan langkah-langkah keamanan yang dibutuhkan untuk mendapat SIM, guna memastikan bahwa infrastruktur sesuai kualitas kendaraan. Di satu desa di Afrika di mana jalan tanah, tiba-tiba dibangun jalan baru beraspal, jumlah kendaraan empat atau lima kali lebih banyak daripada yang biasanya melintasi desa itu. Tidak dibuat fasilitas bagi pejalan di sisi jalan, tempat orang biasanya bermain di jalan itu," paparnya lagi.

WHO mencatat, wilayah Afrika memiliki angka kematian tertinggi, sedangkan wilayah Eropa, terendah. Statistik menunjukkan, kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Afrika 24,1 tiap 100 ribu orang, dibandingkan 10,3 kematian per 100 ribu di Eropa.