Badan Kesehatan Dunia WHO hari Minggu (26/6) mengatakan pihaknya kini meningkatkan pengawasan penyakit menular di daerah-daerah yang dilanda gempa di Afghanistan, menyusul peringatan dari pihak berwenang setempat bahwa ribuan orang yang selamat berisiko tertular penyakit.
Pejabat Afghanistan melaporkan sedikitnya 1.500 orang tewas, dan banyak yang luka-luka; sementara ribuan rumah rusak atau hancur dalam gempa dahsyat Rabu lalu (22/6).
Temuan PBB terbaru pada Minggu (26/6) tersebut mengungkap bahwa sedikitnya 155 anak termasuk di antara korban tewas dan hampir 250 anak lainnya cedera akibat gempa. Selain itu, 65 di antara mereka dilaporkan menjadi yatim piatu atau terlantar.
Bencana itu menimbulkan kehancuran di sebagian besar provinsi Paktika dan Khost di bagian tenggara Afghanistan, yang merupakan daerah pegunungan termiskin dan terpencil yang berbatasan dengan Pakistan. Kedua provinsi itu tidak memiliki infrastruktur yang cukup untuk menghadapi bencana tersebut.
“Orang-orang sangat membutuhkan makanan dan air bersih,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan Sharafat Zaman.
Ditambahkannya, para pejabat telah mengelola obat-obatan untuk saat ini, tetapi mereka yang kehilangan rumah dan harta benda tetap menjadi tantangan.
“Kami menyerukan pada masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk membantu, untuk menyumbangkan makanan dan obat-obatan. Mereka yang selamat mungkin terpapar penyakit karena tidak memiliki rumah dan tempat tinggal yang layak,” imbuhnya.
Dalam sebuah pernyataan, WHO mengatakan tanggapan badan itu dan semua mitra kesehatan yang saat ini berada di lapangan adalah untuk merawat yang luka-luka, menyelamatkan nyawa dan meminimalkan risiko penyakit pasca tragedi itu. “WHO meningkatkan pengawasan penyakit menular seperti diare akut, campak dan COVID-19 dengan mengerahkan petugas pengawasan dan pengendalian penyakit, serta mendistribusikan obat-obatan dan perbekalan ke fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi peninkatan kasus,” demikian petikan pernyataan itu.
Ditambahkan, Afghanistan adalah salah satu dari dua endemik polio yang tersisa di dunia – setelah Pakistan. Staf pengentasan polio juga berkontribusi dalam upaya bantuan dan pengawasan terhadap munculnya penyakit-penyakit lain.
Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi hari Sabtu (25/6) mendesak Washington untuk mencabut sanksi-sanksi dan mengeluarkan miliaran dolar aset Afghanistan di luar negeri yang dibekukan, yang sebagian besar berada di Amerika. Hal ini dinilai penting bagi kelompok-kelompok bantuan ketika menolong korban gempa bumi.
BACA JUGA: Taliban Serukan Pencairan Dana Pasca GempaBeberapa jam setelah pernyataan Muttaqi itu, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menggarisbawahi pemerintah berupaya menyelesaikan isu itu lewat serangkaian proses.
“Kami bekerja untuk menjawab pertanyaan rumit tentang penggunaan dana ini guna memastikan agar dana tersebut bermanfaat untuk rakyat Afghanistan dan bukan Taliban,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintahan Biden tidak akan menunggu untuk membantu rakyat Afghanistan pulih dan bangkit kembali setelah gempa dahsyat itu. “USAID dan organisasi kemanusiaan mitra kami telah memberikan bantuan segera di tempat yang paling membutuhkan.”
Presiden Joe Biden pada Februari lalu mengeluarkan perintah eksekutif untuk membebaskan separuh dari tujuh miliar dolar aset bank sentral Afghanistan yang dibekukan di Amerika. Uang itu akan digunakan untuk kepentingan rakyat Afghanistan dan sisanya akan ditahan, kemungkinan akan digunakan dalam tuntutan hukum terkait terorisme terhadap Taliban. [em/vm/jm]