Vaksin yang dapat disuntikkan itu dinamakan RTS, S, atau Mosquirix, dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, GlaxoSmithKline.
Uji coba tersebut akan dilakukan pada bayi dan anak-anak berusia 5 hingga 17 bulan.
Malaria adalah penyakit yang mengancam nyawa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.
WHO mengatakan dalam pernyataan program percontohan itu “akan menilai kemampuan empat dosis RTS,S, yang diharuskan untuk mengurangi angka kematian anak-anak dan keselamatan anak-anak dalam penggunaan rutin.
“Prospek vaksin malaria tersebut merupakan kabar yang sangat baik. Informasi yang terkumpul melalui proyek percontohan itu, akan membantu kita dalam mengambil keputusan (lebih lanjut) terkait penggunaan vaksin tersebut,” kata Dr. Matshidiso Moeti, Direktur WHO untuk kawasan Afrika. “(Apabila) Digabung dengan pencegahan malaria yang sudah ada, vaksin ini akan mempunyai potensi untuk menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang di Afrika.”
Banyak upaya telah dilakukan untuk pencegahan malaria selama ini, termasuk kelambu yang diobati dengan insektisida dan penyemprotan dinding dalam rumah dengan insektisida.
Tahun 2015, sekitar 429 ribu orang meninggal dunia akibat malaria, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak di Afrika.
Namun, upaya dunia untuk mengurangi angka kematian akibat malaria telah berhasil mencapai angka sekitar 62 persen, antara tahun 2000-2015.
Menurut WHO, “Afrika merupakan daerah yang paling menderita akibat malaria di seluruh dunia.” Tahun 2015, di Afrika sub-Sahara terdapat 90 persen penderita malaria dan 92 persen kematian akibat malaria.
Hari Selasa (25/4) diperingati sebagai Hari Malaria Dunia. [gp]