Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan pada Kamis (17/12) bahwa negara-negara di kawasan Asia-Pasifik tidak dijamin memiliki akses vaksin Covid-19 di masa awal-awal peredarannya. Untuk itu WHO mendesak negara-negara tersebut untuk mengadopsi pendekatan jangka panjang terhadap pandemi.
“Pengembangan vaksin yang aman dan efektif adalah satu hal. Memproduksinya dalam jumlah yang cukup dan menjangkau semua orang yang membutuhkan adalah hal lain,” ujar Direktur Regional WHO Dr. Takeshi Kasai, sebagaimana dilansir dari Associated Press, Kamis (17/12).
Dr. Socorro Escalante, koordinator WHO untuk obat-obatan esensial dan teknologi Kesehatan mengatakan beberapa negara yang sudah memiliki komitmen pembelian vaksin akan dapat segera memulai program vaksinasi, sedangkan lainnya baru dapat memulai program serupa baru pada pertengahan atau akhir 2021.
“Penting untuk ditekankan bahwa sebagian besar, jika tidak semua, negara di kawasan Pasifik Barat adalah bagian dari fasilitas COVAX,” kata Escalante. “Di dalam fasilitas COVAX kami mengharapkan vaksin akan masuk pada kuartal kedua tahun 2021.”
BACA JUGA: Presiden Komisi Uni Eropa: Vaksinasi COVID-19 akan Dilakukan SerentakCOVAX didirikan oleh WHO, aliansi vaksin GAVI dan CEPI, sebuah koalisi global untuk memerangi epidemi, dalam upaya memastikan akses yang adil terhadap vaksin di seluruh dunia.
Perwakilan WHO juga mendesak agar kelompok berisiko tinggi harus diprioritaskan untuk vaksinasi mengingat vaksin hanya akan tersedia dalam jumlah terbatas.
WHO memperingatkan bahwa vaksinasi massal tidak akan menghentikan laju penyebaran virus. Untuk itu, pemerintah perlu mengadopsi pola pikir dan pendekatan jangka panjang ketika kasus baru terdeteksi, termasuk peningkatan pengujian, pelacakan kontak, dan tindakan karantina.
Direktur Darurat Regional WHO Dr. Babatunde Olowokure mengimbau orang-orang berusia muda - yang mewakili semakin banyak kasus baru yang dikonfirmasi di wilayah tersebut - untuk mematuhi jarak sosial dan tindakan lainnya.
Virus corona telah menginfeksi lebih dari 74 juta orang dan membunuh lebih dari 1,6 juta orang di dunia. Namun, lebih dari 41,9 juta orang telah pulih dari virus tersebut. [ah/au]