Yordania Ungkap “Rencana Berbahaya” untuk Mengacaukan Kerajaan

Raja Abdullah II dan Ratu Rania (kiri) serta Ratu Noor, saat menghadiri pernikahan Pangeran Hamzah dan Putri Basma Otoum (foto: dok).

Seorang pejabat senior Yordania hari Minggu (4/4) menuding mantan putra mahkota negara itu berkonspirasi dengan elemen-elemen asing dalam suatu “rencana berbahaya” yang mengancam keamanan nasional.

Menteri Luar Negeri Ayman Safadi mengatakan kepada wartawan bahwa rencana itu telah terungkap “menjelang dilaksanakannya tindakan persekongkolan itu.”

“Jelas mereka menggerakkan hal itu mulai dari merancang dan merencanakan, hingga mengambil tindakan,” ujar Safadi.

Ia menambahkan, selain dua pejabat senior yang dekat dengan Pangeran Hamzah, sekitar 14-16 orang lainnya juga telah ditangkap.

BACA JUGA: Mantan Putra Mahkota Yordania Mengaku Ditahan, Militer Bantah

Safadi berbicara sehari setelah Hamzah, adik tiri Raja Abdullah II, dikenai tahanan rumah, pasca sebuah perselisihan yang jarang terjadi di antara keluarga kerajaan yang sudah berkuasa sejak lama itu.

Insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas Yordania yang dinilai sebagai salah satu sekutu utama Barat di kawasan yang rentan dan mendorong dukungan bagi Raja Abdullah II.

Dalam sebuah pernyataan yang telah direkam sebelumnya dari lokasi di mana ia menjalani tahanan rumah, Hamzah menuduh kepemimpinan negara itu tidak kompeten dan telah melakukan korupsi.

Safadi, yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Yordania, mengatakan agen-agen intelijen telah mengamati komplotan itu selama beberapa waktu dan menyampaikan keprihatinan mereka kepada Raja Abdullah II. Ia mengatakan Hamzah diminta untuk “menghentikan semua kegiatan dan gerakan yang mengancam Yordania dan stabilitas negara,” tetapi ia menolak.

Safadi tidak mengidentifikasi negara-negara asing yang diduga terlibat dalam rencana itu. Tetapi mengatakan seorang pejabat senior kerajaan yang memiliki hubungan bisnis dengan beberapa negara Teluk Arab, Bassem Ibrahim Awadallah, terlibat dan telah berencana meninggalkan negara itu.

Ditambahkannya, Awadallah telah berupaya mempersiapkan sebuah pesawat bagi istri Hamzah untuk melarikan diri. Awadallah dan seorang pejabat senior kedua, Sharif Hassan bin Zaid, termasuk di antara para tersangka yang kini ditahan.

“Ada koordinasi bersama antara Awadallah dan Pangeran Hamzah, tetapi saya tidak akan merinci hal ini,” ujar Safadi. Ia menolak mengatakan apakah pangeran itu akan didakwa dengan kejahatan apapun.

“Rencana ini sudah benar-benar dapat diatasi. Keamanan dan stabilitas kami tidak tergoyahkan,” tegas Safadi.

Amerika, Arab Saudi dan negara-negara Arab di Timur Tengah mengeluarkan pernyataan yang mendukung Raja Abdullah II. [em/jm]