Zelenskyy: Jeda dalam Perang Hanya Akan Bantu Rusia Pulihkan Persenjataan

Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas (kiri), menyambut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Stenbock House, Tallinn, Estonia, Kamis, 11 Januari 2024. (AP)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Kamis (11/1) mengatakan jeda dalam perang Rusia melawan Ukraina hanya akan menguntungkan Rusia dengan memungkinkan negara itu meningkatkan pasokan amunisinya dan “menghancurkan kita.”

“Jeda di medan tempur di wilayah Ukraina bukanlah jeda dalam perang. Ini bukan akhir perang,” kata Zelenskyy dalam lawatannya ke Estonia.

“Ini tidak mengarah ke dialog politik dengan Federasi Rusia atau dengan yang lainnya. Jeda ini hanya akan menguntungkan Federasi Rusia,” ujarnya.

Zelenskyy berada di Estonia sebagai bagian dari lawatan regionalnya yang mencakup perhentian di Lithuania dan rencananya ke Latvia.

Pemimpin Ukraina itu, Rabu (10/1) mengatakan di Vilnius bahwa pasukan negaranya telah memperlihatkan kepada dunia bahwa militer Rusia dapat dihentikan tetapi ia mengatakan bahwa pemerintah Kyiv sangat membutuhkan sekutu-sekutu Barat untuk mengirim sistem pertahanan udara lebih banyak untuk menembak jatuh serangan drone dan rudal Rusia yang meningkat.

BACA JUGA: Zelenskyy ke Lithuania untuk Bahas Dukungan Eropa di Tengah Perang dengan Rusia 

Namun, ia mengakui rendahnya cadangan persenjataan di negara-negara yang mungkin dapat membantu Ukraina.

“Gudang-gudang kosong,” kata Zelenskyy. “Dan ada banyak tantangan bagi pertahanan dunia.”

Sementara perang mendekati dua tahun, Ukraina telah mengemukakan harapannya untuk meningkatkan pembangunan industri pertahanan domestiknya dan mengerjakan proyek-proyek bersama dengan negara-negara asing untuk memproduksi lebih banyak amunisi dan senjata.

Estonia, Lithuania dan Latvia termasuk di antara pendukung kuat politik, finansial dan militer Ukraina, dan beberapa di Baltik khawatir mereka dapat menjadi sasaran Moskow yang berikutnya.

BACA JUGA: Ukraina Optimis Kalahkan Rusia jika Didukung Barat

Ketiga negara itu direbut dan diduduki oleh Josef Stalin pada Perang Dunia II sebelum meraih kemerdekaan dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991. Mereka bergabung dengan NATO pada 2004, menempatkan diri mereka di bawah perlindungan AS dan sekutu-sekutu baratnya.

“Negara-negara demokratis telah berbuat banyak untuk membantu Ukraina, tetapi kami perlu lebih banyak berbuat bersama-sama agar Ukraina menang dan penjajah kalah,” kata Presiden Estonia Alar Karis dalam sebuah pernyataan.

“Setelah itu ada harapan bahwa ini akan tetap menjadi agresi militer terakhir di Eropa, di mana seseorang ingin mendikte negara-negara tetangga dengan rudal, drone dan meriam sementara pilihan politik dapat dilakukan,” ujarnya.

Sementara perang Ukraina-Rusia berlarut-larut, pasokan militer Barat untuk Ukraina berkurang. Di AS, permintaan Presiden AS Joe Biden akan bantuan yang lebih banyak untuk Ukraina mengalami kemacetan di Kongres. Sementara itu, janji Eropa pada Maret lalu untuk menyediakan 1 juta selongsong artileri dalam 12 bulan tidak terpenuhi, dengan hanya 300 ribu yang dikirim sejauh ini. [uh/ab]