Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Jumat (24/2) bahwa negaranya akan menang melawan Rusia sementara perang dengan negara tetangganya itu memasuki tahun kedua tanpa tanda-tanda akan segera berakhir.
“Kami bertahan. Kami tidak kalah. Dan kami akan melakukan segalanya untuk meraih kemenangan tahun ini,” kata Zelenskyy dalam pernyataan yang dirilis di media sosial. “Ukraina telah menginspirasi dunia. Ukraina telah menyatukan dunia,” tambahnya.
Para pemimpin Kelompok 7 dijadwalkan bertemu pada hari Jumat untuk mengumumkan sanksi baru terhadap mereka yang membantu upaya perang Rusia.
Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat (24/2)bahwa pihaknya memberlakukan sanksi baru yang menarget sektor perbankan, pertambangan dan pertahanan serta ‘lebih dari 200 individu dan entitas, termasuk para aktor Rusia dan negara ketiga di seluruh Eropa, Asia, dan Timur Tengah yang mendukung upaya perang Rusia.”
Your browser doesn’t support HTML5
Gedung Putih pada Jumat (24/2) juga mengumumkan tambahan bantuan sebesar $2 miliar (sekitar Rp30 triliun) untuk Ukraina. “Secara khusus, Amerika Serikat melakukan tambahan Sistem Udara Tak Berawak (UAS) dan kontra-UAS dan peralatan deteksi perang elektronik, serta pasokan amunisi penting untuk kemampuan tembakan artileri dan presisi yang akan meningkatkan kemampuan Ukraina untuk mengusir agresi Rusia,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui resolusi Kamis (23/2) yang menuntut penarikan segera dan tanpa syarat pasukan Rusia dari Ukraina.
Sementara itu, China pada hari Jumat (24/2) menyerukan gencatan senjata dan dimulainya pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina. Seruan itu adalah bagian dari proposal 12 poin yang juga mendesak diakhirinya sanksi Barat terhadap Rusia, menyarankan langkah-langkah untuk mencegah serangan terhadap infrastruktur sipil, memastikan keamanan fasilitas nuklir, dan membangun koridor untuk pengiriman bantuan kemanusiaan. China telah berusaha menjadi negara yang dianggap netral dalam konflik tersebut tetapi menolak untuk mengritik invasi Rusia ke Ukraina.
Langkah diplomatik itu dilakukan dengan latar belakang pertempuran yang terus berlanjut di Ukraina timur. Ukraina mengatakan Kamis bahwa pihaknya telah memukul mundur upaya Rusia di sepanjang garis depan pertempuran di bagian timur dan selatan Ukraina. Pembicaraan mengenai perang ini mengalami kebuntuan sehari menjelang ulang tahun pertama invasi Rusia.
Rusia menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, jauh dari pengambilalihan cepat di seluruh negara itu yang diprediksi oleh banyak analis militer setahun yang lalu ketika tank-tank Rusia meluncur ke sisi timur Ukraina.
Dalam pertempuran terbaru, pasukan Rusia telah membuat kemajuan dengan mencoba mengepung Bakhmut. Juru bicara militer Ukraina Brigadir Jenderal Oleksiy Gromov mengatakan Rusia berusaha menggunakan keunggulan tenaganya untuk menguras tenaga pasukan Kyiv.
“Pihak musuh, meski mengalami kerugian yang signifikan, tidak mengabaikan upaya untuk mengepung Bakhmut,” katanya.
Tetapi Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah gagal menembus garis Ukraina ke utara dekat Kreminna dan ke selatan di Vuhledar, di mana mereka mengalami kerugian besar ketika menyerang di medan terbuka.
Gromov mengatakan pasukan Ukraina telah memukul mundur 90 serangan Rusia di timur laut dan timur pada hari terakhir, Kamis (25/2). [lt/ab]