Isu Iklim
Polusi Kabut Asap Beracun di Pakistan Semakin Parah
Kualitas udara di Pakistan memburuk pada musim dingin dan telah mencapai tingkat berbahaya yang menyebabkan gangguan kesehatan pada banyak warga. Menurut pakar, masalah polusi udara ini muncul setiap musim dingin dan terus bertambah parah sehingga memerlukan solusi jangka panjang.
- Associated Press
Hadapi Perubahan Iklim, Kopenhagen Bangun Terowongan dan Taman ‘Spons’
Terowongan Kalvebod Brygge dirancang untuk menampung air hujan dalam jumlah besar secara mendadak, yang secara statistik hanya akan terjadi setiap 100 tahun sekali, yang juga memicu terjadinya banjir “sekali dalam seabad”.
Kerugian ekonomi yang diderita kota-kota di seluruh dunia akibat naiknya permukaan air laut dan banjir diperkirakan mencapai $1 triliun atau hampir Rp15.900 triliun pada 2050.
Ibu kota Denmark, Kopenhagen, pun tengah beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi, dengan membangun terowongan banjir hingga taman “spons”.
Dua puluh meter di bawah permukaan Kota Kopenhagen, para pekerja konstruksi sedang membangun sebuah terowongan untuk melindungi kota itu dari banjir di masa depan.
Terowongan Kalvebod Brygge membentang sepanjang 1,3 kilometer di bawah kota, sebelum berakhir di tepi laut. Terowongan itu dapat menampung 10.000 meter kubik air ketika terjadi hujan lebat.
Ditte Renholdt Jensen, pakar adaptasi perubahan iklim di perusahaan penyedia air di Kopenhagen, HOFOR mengatakan, “Jika kita berada pada situasi ekstrem, di mana air hujan dalam jumlah besar jatuh dalam waktu singkat dan sistem pembuangan limbah tidak mampu lagi mengatasinya, kita dapat mengalihkan air ke terowongan ini,” jelas Ditte Renholdt Jensen, pakar adaptasi perubahan iklim di perusahaan penyedia air di Kopenhagen, HOFOR.
“Kita memiliki [terowongan] dengan volume 10.000 meter kubik, tapi jika itu tetap tidak cukup, maka kita bisa gunakan pompa yang dapat mengosongkan seluruh terowongan ini dalam waktu hanya sepuluh menit.”
Hujan lebat, alias cloudburst, adalah peristiwa cuaca ekstrem ketika curah hujan lebih dari 10 sentimeter terjadi dalam wilayah seluas 10 kilometer persegi dalam waktu hanya satu jam. Peristiwa semacam itu berpotensi menimbulkan malapetaka dan menyebabkan banjir besar.
Para pakar mengatakan bahwa frekuensi hujan lebat di seluruh dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir, di mana sebagiannya disebabkan oleh perubahan iklim.
Terowongan Kalvebod Brygge dirancang untuk menampung air hujan dalam jumlah besar secara mendadak, yang secara statistik hanya akan terjadi setiap 100 tahun sekali, yang juga memicu terjadinya banjir “sekali dalam seabad”.
“Kita sedang menghadapi iklim yang berubah dan akan berdampak pada besaran hujan yang perlu kita kelola,” kata Renholdt Jensen.
“Kita akan menghadapi lebih banyak hujan setiap tahunnya, tapi kita juga akan menghadapi lebih banyak peristiwa dengan intensitas sangat tinggi seperti ini, yang biasanya kami sebut dengan istilah cloudburst, di mana Anda merasa seolah langit menjatuhkan seluruh isinya sekaligus.”
Pembangunan terowongan itu dimulai pada musim semi 2020, dan diperkirakan selesai pada 2027. Proyek terowongan itu tergolong mahal. Akan tetapi, mereka yang mendukung proyek itu mengatakan bahwa kerugian akibat tidak adanya terowongan itu bisa jadi jauh lebih mahal.
Pada 2011, banjir “sekali dalam seribu tahun” menerjang Kopenhagen akibat hujan lebih dari 120 milimeter dalam waktu dua jam. Banjir itu menyebabkan kerusakan bernilai lebih satu miliar dolar. “Membangun terowongan itu tentu saja mahal, tapi tidak melakukan apa pun juga berisiko punya dampak mahal,” kata Renholdt Jensen.
“Dengan tindakan seperti ini pasti banyak kerusakan yang dapat dicegah.”
Kopenhagen punya lebih dari sekadar pembangunan terowongan untuk menghalau cloudburst. Kota itu memiliki sekitar 300 proyek cloudburst yang dikelola selama dua puluh tahun, salah satunya yaitu pengelolaan air hujan secara lokal, alih-alih mengalirkannya ke saluran pembuangan.
Sankt Kjelds Plads, bagian dari “Lingkungan Tangguh terhadap Perubahan Iklim” di Kopenhagen, adalah sebuah proyek perlindungan cloudburst berbasis alam, yang berperan layaknya “spons” hijau raksasa yang berfungsi menahan dan menampung air hujan.
Lebih dari tiga perempat lahan beton dalam proyek tersebut telah diubah menjadi lahan hijau.
“Jika Anda melihat area ini enam tahun lalu, Anda akan melihat sebuah bundaran besar, jalanan lebar dan banyak aspal. Jadi, kami memutuskan untuk mengubah area ini untuk menangani air hujan,” kata Jan Rasmussen, direktur proyek perencanaan adaptasi iklim Kopenhagen.
Rasmussen mengatakan, Kopenhagen menghadapi curah hujan 30 persen lebih banyak selama satu abad ke depan, dan upaya mereka dapat melindungi bangunan, rubanah dan lainnya.
“Hujan yang kami terima selama 12 tahun terakhir atau lebih, cukup sesuai dengan prakiraan IPCC (Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim), hujan sehari-hari 30 persen lebih banyak, hujan lebat yang lebih sering,” ujarnya.
“Jika kami berhasil dengan proyek ini, kami dapat melindungi kota ini dari apa yang kami sebut peristiwa hujan seratus tahun sekali, yang akan sangat berarti bagi kota ini,” imbuhnya.
Di Pusat Arsitektur Denmark (Danish Architecture Center/DAC) di Kopenhagen, sebuah pameran baru menunjukkan bagaimana kenaikan tinggi permukaan air laut dan semakin seringnya hujan lebat mengarahkan perubahan kota.
Pameran bertajuk “Air Datang” itu memperlihatkan beragam solusi tentang bagaimana umat manusia dapat “hidup berdampingan dengan” air di masa depan.
“Ini adalah tantangan global, tapi, tentu saja, tantangan ini juga sangat lokal dan terdapat solusi yang bersifat regional,” kata kurator senior pameran itu, Pernille Stockmarr.
“Saya rasa yang dapat Anda pahami adalah bahwa sebagian besar planet ini harus beradaptasi atau berpikir dengan pola pikir baru mengenai cara hidup berdampingan dengan air dan bagaimana air itu akan datang.” [rd/ns]
Kebakaran Masih Mengancam Malibu, Ribuan Orang Dievakuasi
Pihak berwenang mengatakan sekitar 4.000 hektar dan sedikitnya tujuh properti, telah terbakar sejak Kebakaran Franklin terjadi pada Senin (9/12) malam di perbukitan di atas Pepperdine University.
Kebakaran terus menyebar pada Rabu (11/12) di wilayah Malibu, sebuah kota mewah di California yang populer di kalangan selebriti, di mana ribuan orang dievakuasi saat petugas pemadam kebakaran berjuang melawan api yang berkobar akibat angin kencang untuk menyelamatkan rumah-rumah yang terancam.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 4.000 hektar dan sedikitnya tujuh properti, telah terbakar sejak Kebakaran Franklin terjadi pada Senin (9/12) malam di perbukitan di atas Pepperdine University.
Hingga Rabu pagi, petugas pemadam kebakaran telah mengendalikan api hingga 7%, kata petugas pemadam kebakaran.
Intensitas api telah menurun di bagian timur dan utara kota, tetapi api telah menguat di wilayah barat semalam, kata Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Los Angeles Anthony Marrone pada Rabu. Ia memperingatkan bahwa daerah tersebut belum sepenuhnya aman dari bahaya.
"Kondisi cuaca, termasuk angin kencang dan kelembapan yang rendah, akan dipantau secara ketat hari ini karena keduanya berperan penting dalam evolusi kebakaran," katanya kepada wartawan.
Akibatnya pihak berwenang setempat memperkirakan peringatan bahaya masih berlaku untuk sebagian besar pada Rabu.
Sekitar 20.000 orang berada di bawah perintah evakuasi atau peringatan pada hari Selasa (10/12) yang meminta mereka untuk bersiap mengungsi, menurut Departemen Sheriff Daerah Los Angeles.
Di antara para warga yang mengungsi dari kota tersebut adalah mantan bintang film Dick Van Dyke, 99, yang terkenal karena perannya dalam film Mary Poppins (1964): "Arlene [istrinya] dan saya telah mengevakuasi hewan-hewan kami dengan selamat, kecuali seekor kucing yang kabur saat kami pergi. Kami berdoa agar ia selamat dan agar komunitas kami selamat dari kebakaran yang mengerikan ini," tulisnya di laman Facebook miliknya pada Selasa.
Lebih dari 1.500 petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api, didukung oleh armada pesawat pengebom air.
Setelah dua musim dingin diikuti hujan yang memberi sedikit jeda, California mengalami musim kebakaran yang sangat aktif tahun ini. Pada bulan Juli-Agustus, negara bagian itu mengalami kebakaran terbesar keempat dalam sejarahnya.
Para ilmuwan meyakini bahwa gelombang panas dan kekeringan yang semakin intens memicu kebakaran hutan dan merupakan konsekuensi dari perubahan iklim. [my/jm]
- Associated Press
Arizona Gugat Perusahaan Arab Saudi karena Memompa Air Berlebihan
Jaksa Agung Arizona Kris Mayes pada Rabu (11/12) mengumumkan ia menggugat sebuah perusahaan pertanian Arab Saudi karena diduga melanggar undang-undang gangguan publik, dengan menyatakan bahwa pemompaan air tanah yang dilakukan perusahaan tersebut mengancam kesehatan publik, keselamatan, dan infrastruktur masyarakat lokal di daerah pedesaan di bagian barat.
Pengaduan yang diajukan di Pengadilan Tinggi Maricopa County menuduh bahwa pemompaan air di pertanian alfalfa Fondomonte Arizona, LLC. telah menimbulkan dampak yang meluas di Cekungan Ranegras Plain di La Paz County, merugikan semua orang yang bergantung pada air cekungan dengan menguras persediaan, mengeringkan sumur, dan menyebabkan tanah retak dan amblas di beberapa area.
Gugatan tersebut merupakan tindakan terbaru oleh Arizona terhadap perusahaan asing yang menggunakan air tanah dalam jumlah besar untuk menanam tanaman hijau yang haus akan air untuk diekspor karena tantangan iklim di negara lainnya. Daerah pedesaan Arizona sangat menarik bagi bisnis internasional karena tidak memiliki peraturan pemompaan air tanah.
Gugatan tersebut menuduh bahwa sejak 2014, Fondomonte telah mengekstraksi air dalam jumlah besar yang mempercepat penipisan akuifer cekungan tersebut.
The Associated Press menelepon dan mengirim email kepada Fondomonte Arizona, anak perusahaan raksasa Saudi Dairy Almarai Co., untuk meminta tanggapan atas gugatan tersebut pada hari Rabu. Pengacara perusahaan itu sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan tersebut secara sah menyewa dan membeli tanah di AS dan menghabiskan jutaan dolar untuk perbaikan infrastruktur.
Kekeringan selama bertahun-tahun telah meningkatkan tekanan pada pengguna air di seluruh wilayah Barat Amerika, terutama di negara bagian seperti Arizona, yang sangat bergantung pada Sungai Colorado yang semakin menyusut. Kekeringan tersebut juga membuat air tanah — yang telah lama digunakan oleh petani dan penduduk pedesaan secara bebas — menjadi semakin penting bagi pengguna di seluruh negara bagian tersebut.
Gugatan Mayes menuduh bahwa tindakan Fondomonte merupakan gangguan publik berdasarkan undang-undang negara bagian yang melarang aktivitas yang membahayakan kesehatan, menghalangi penggunaan properti, atau mengganggu kenyamanan hidup atau properti oleh suatu komunitas.
Mayes menyebut pemompaan air tanah perusahaan itu "tidak ramah lingkungan" dan mengatakan hal itu menyebabkan "dampak yang menghancurkan" bagi orang-orang di daerah tersebut.
"Hukum Arizona jelas: tidak ada perusahaan yang berhak membahayakan kesehatan dan keselamatan seluruh komunitas demi keuntungannya sendiri," katanya.
Gugatan tersebut berupaya untuk melarang perusahaan itu melakukan pemompaan air tanah lebih jauh yang menurutnya "berlebihan" dan mengharuskan pembentukan dana pemulihan.
Pejabat Arizona telah menargetkan Fondomonte selama lebih dari satu tahun atas penggunaan air tanahnya untuk menanam tanaman pakan ternak, dengan tidak memperbarui atau membatalkan sewa perusahaan di Butler Valley di Arizona barat. Beberapa penduduk di sana mengeluh bahwa pemompaan perusahaan tersebut mengancam sumur-sumur mereka. [my/jm]
Gunung Berapi di Filipina Erupsi
Gunung Kanlaon, yang memiliki ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut, terletak di Negros dan merupakan salah satu dari 24 gunung berapi aktif di Filipina.
Sebuah gunung berapi di Filipina tengah meletus, Senin (9/12), memuntahkan kolom abu tebal yang menjulang ke langit. Otoritas setempat kemudian mengeluarkan perintah evakuasi untuk desa-desa di sekitar area tersebut.
Gunung Kanlaon, yang memiliki ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut, terletak di Negros dan merupakan salah satu dari 24 gunung berapi aktif di Filipina.
Letusan tersebut berlangsung hampir empat menit pada pukul 15.03 waktu setempat, mengirimkan kolom abu setinggi empat kilometer di atas kawah, serta semburan abu panas, gas, dan batuan vulkanik yang terfragmentasi sejauh sekitar 3,4 kilometer ke arah lereng tenggara gunung, kata para pejabat dalam konferensi pers.
Mereka memperingatkan bahwa letusan yang lebih eksplosif kemungkinan akan terjadi.
"Terhantam oleh arus piroklastik yang padat ini seperti ditabrak oleh kendaraan berkecepatan tinggi," kata Maria Antonia Bornas, Kepala Pemantauan Gunung Berapi Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina.
"Jika abu masuk ke paru-paru, itu akan menyebabkan sesak napas," katanya. Ia mendesak pejabat setempat untuk mengevakuasi 15 desa dalam jarak enam kilometer dari kawah.
Dia mengatakan abu dari letusan itu menghujani beberapa kota dan desa di sekitar gunung berapi, meskipun hingga saat ini belum ada laporan langsung tentang korban atau kerusakan.
Dia juga memperingatkan bahwa hujan lebat dapat menggerus sedimen vulkanik segar dari letusan terakhir, yang berpotensi menimbun warga di bawahnya.
"Evakuasi sedang berlangsung" di empat desa dataran tinggi kota La Castellana, di lereng barat daya gunung berapi, kata petugas polisi kota, Sersan Staf Ronel Arevalo, kepada AFP. Namun, dia tidak memiliki data mengenai jumlah total penduduk yang akan dievakuasi.
Kantor seismologi mengatakan Kanlaon telah meletus lebih dari 40 kali sejak 1866. [ah/es]
Forum