Para juru runding internasional minggu ini akan kembali bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran dalam pembicaraan untuk membatasi program nuklir negara itu yang dikhawatirkan pihak barat akan digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Iran sedang berusaha mengakhiri serangkaian sanksi ekonomi dengan mengajukan proposal baru dalam perundingan. Tetapi dua sekutu Amerika – Israel dan Arab Saudi – berpendapat pemerintahan Presiden Amerika Barack Obama bergerak terlalu cepat.
Setelah badan nuklir PBB melaporkan pembicaraan “produktif” dengan Iran mengenai inspeksi fasilitas nuklir yang lama tertunda, Amerika menyambut baik kesempatan untuk menguji apakah Iran bersedia menuruti standar internasional.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan, “Beberapa pihak mengatakan salah jika kita menguji Iran. Saya berpikir jika Amerika, sebagai negara yang bertanggung jawab terhadap umat manusia, tidak menggunakan kesempatan itu maka hal tersebut sama sekali tidak bertanggung jawab dan berbahaya. Dan kami tidak akan mengalah pada taktik yang menakut-nakuti dan pihak-pihak yang berpendapat sebaliknya.”
Di antara pihak-pihak yang khawatir mengenai langkah pemerintahan baru Iran itu adalah sekutu lama Amerika, Israel dan Arab Saudi.
Menteri Pertahanan Israel Tzipi Livni mengatakan, “Jika kita mendengar Arab Saudi berbicara tentang apa yang harus dilakukan guna mencegah Iran memiliki senjata nuklir, saya pikir pendapat mereka mirip dengan pendapat Israel.”
Livni mengatakan Israel ingin bekerjasama dengan negara-negara Arab yang juga khawatir mengenai Iran.
“Sayangnya, konflik terbuka antara Israel dan Palestina membuat mustahil atau sangat menyulitkan negara-negara itu untuk berpihak dengan Israel melawan Iran … karena dalam hal opini publik di negara mereka, Israel masih menjadi musuh,” ujar Livni.
Amerika belum melakukan cukup hal untuk meredakan kekhawatiran Arab Saudi dan Israel mengenai perundingan nuklir tersebut, menurut mantan duta besar Amerika Adam Ereli.
“Kecemasan mereka bisa dipahami karena mereka melihat apa yang terjadi di Washington dan New York, dan mereka tidak mendengar apapun yang berbeda dari pejabat-pejabat senior Amerika,” ungkap Ereli.
Iran mengatakan tidak bermaksud membuat senjata nuklir dan hanya menjalankan program nuklir sipil yang bertujuan damai. Media pemerintah Iran mengatakan perundingan pada akhir Oktober dengan badan nuklir PBB berhasil membuka “kebuntuan” antara Iran dan badan tersebut.
Iran sedang berusaha mengakhiri serangkaian sanksi ekonomi dengan mengajukan proposal baru dalam perundingan. Tetapi dua sekutu Amerika – Israel dan Arab Saudi – berpendapat pemerintahan Presiden Amerika Barack Obama bergerak terlalu cepat.
Setelah badan nuklir PBB melaporkan pembicaraan “produktif” dengan Iran mengenai inspeksi fasilitas nuklir yang lama tertunda, Amerika menyambut baik kesempatan untuk menguji apakah Iran bersedia menuruti standar internasional.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan, “Beberapa pihak mengatakan salah jika kita menguji Iran. Saya berpikir jika Amerika, sebagai negara yang bertanggung jawab terhadap umat manusia, tidak menggunakan kesempatan itu maka hal tersebut sama sekali tidak bertanggung jawab dan berbahaya. Dan kami tidak akan mengalah pada taktik yang menakut-nakuti dan pihak-pihak yang berpendapat sebaliknya.”
Di antara pihak-pihak yang khawatir mengenai langkah pemerintahan baru Iran itu adalah sekutu lama Amerika, Israel dan Arab Saudi.
Menteri Pertahanan Israel Tzipi Livni mengatakan, “Jika kita mendengar Arab Saudi berbicara tentang apa yang harus dilakukan guna mencegah Iran memiliki senjata nuklir, saya pikir pendapat mereka mirip dengan pendapat Israel.”
Livni mengatakan Israel ingin bekerjasama dengan negara-negara Arab yang juga khawatir mengenai Iran.
“Sayangnya, konflik terbuka antara Israel dan Palestina membuat mustahil atau sangat menyulitkan negara-negara itu untuk berpihak dengan Israel melawan Iran … karena dalam hal opini publik di negara mereka, Israel masih menjadi musuh,” ujar Livni.
Amerika belum melakukan cukup hal untuk meredakan kekhawatiran Arab Saudi dan Israel mengenai perundingan nuklir tersebut, menurut mantan duta besar Amerika Adam Ereli.
“Kecemasan mereka bisa dipahami karena mereka melihat apa yang terjadi di Washington dan New York, dan mereka tidak mendengar apapun yang berbeda dari pejabat-pejabat senior Amerika,” ungkap Ereli.
Iran mengatakan tidak bermaksud membuat senjata nuklir dan hanya menjalankan program nuklir sipil yang bertujuan damai. Media pemerintah Iran mengatakan perundingan pada akhir Oktober dengan badan nuklir PBB berhasil membuka “kebuntuan” antara Iran dan badan tersebut.