Kremlin, Selasa (23/10) menyatakan bahwa Presiden Amerika Donald Trump mengambil “sikap berbahaya” dengan memutuskan untuk meninggalkan suatu perjanjian senjata nuklir yang ada sekarang ini dengan Rusia tanpa menawarkan apapun sebagai penggantinya.
Sementara penasihat keamanan nasional Trump bersiap-siap bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, juru bicara Putin mengakui bahwa perjanjian pengendalian senjata tahun 1987 itu memiliki “titik-titik lemah.” Tetapi Dmitry Peskov memperingatkan Washington agar tidak mundur dari perjanjian itu tanpa mengusulkan perbaikan atau kesepakatan penggantinya.
“Sekarang ini, kami tidak memiliki prospek apapun bagi suatu perjanjian baru,” ujar Peskov. Menurutnya penting sekali untuk mengetahui apakah hal tersebut mungkin tercapai atau tidak.
Trump hari Senin mengulangi ancamannya untuk mundur dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) karena Rusia dituduh melanggarnya. Ia mengatakan Amerika Serikat akan mulai mengembangkan jenis rudal balistik dan rudal jelajah nuklir yang diluncurkan dari darat, yang dilarang berdasarkan perjanjian tersebut hingga “orang-orang mulai sadar” dan kemudian “kami akan menghentikannya.”
Di Moskow, Peskov mengatakan bahwa mengorbankan perjanjian penting untuk kesepakatan yang lebih baik secara hipotetis merupakan suatu “sikap berbahaya.”
Perjanjian yang ditandatangani oleh Presiden Amerika Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev itu melarang kedua negara memiliki, memproduksi atau menguji coba rudal balistik dan rudal jelajah nuklir yang diluncurkan dari darat dengan daya jangkau 500 hingga 5.500 kilometer.
China tidak terlibat dalam perjanjian awal, dan Trump mengatakan hari Senin bahwa China harus diikutkan dalam perjanjian. [uh]