Tautan-tautan Akses

Belum Ada Vaksin untuk Cegah Virus Corona, Kemenkes Minta Warga Waspada


Para wisatawan mengenakan masker saat berjalan keluar dari stasiun kereta api di Beijing, Senin, 20 Januari 2020.
Para wisatawan mengenakan masker saat berjalan keluar dari stasiun kereta api di Beijing, Senin, 20 Januari 2020.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebut belum ada vaksin yang dapat mencegah pneumonia berat yang disebabkan coronavirus jenis baru yang menyebar di Wunan, China.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantoro mengatakan ada tiga vaksin pneumonia yang beredar di Indonesia. Ketiganya adalah Vaksin Pneumokokus (PCV) 10 dengan merek dagang Synflorix, PCV 10 (merek dagang Pneumosil), dan PCV 13 (merek dagang Prevnar). Namun hanya ada dua vaksin yang sudah memiliki izin beredar di Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu PCV 10 Synflorix dan PCV 13 Prevnar. Sedangkan untuk PCV 10 Pneumosil belum mendapat izin edar dari BPOM.

Dari ketiga vaksin tersebut, kata Anung, belum ada yang dapat mencegah pneumonia misterius yang disebabkan coronavirus jenis baru yang menyebar di China.

"Karena teman-teman sebagian sudah menanyakan ke saya. Pak kan sudah ada vaksin, boleh tidak kita vaksin dulu? Tapi vaksinnya itu tidak cocok, jadi stereotype tidak cocok dengan novel coronavirus (nCoV). Saya menuliskan tidak untuk mencegah novel coronavirus," jelas Anung Sugihantoro di kantor Kemenkes, Jakarta pada Senin (20/01).

Direktorat Jenderal (Dirjen) Pencegahan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantoro
Direktorat Jenderal (Dirjen) Pencegahan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantoro

Atas dasar tersebut, Anung meminta masyarakat tetap waspada saat bepergian ke China meskipun sudah mendapat vaksin PCV yang beredar di Indonesia. Ia juga meminta masyarakat memperhatikan pengumuman dari otoritas kesehatan China, tidak mengunjungi pasar hewan, dan apabila terpaksa ke pasar hewan agar memakai alat pelindung.

Anung menambahkan pemerintah juga telah melakukan sejumlah langkah untuk mencegah novel coronavirus masuk ke Indonesia. Di antaranya meningkatkan kewaspadaan di bandara-bandara di seluruh Indonesia, terutama yang mempunyai penerbangan dari China dan menerbitkan edaran ke seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit.

Di samping itu, Kemenkes juga akan melakukan simulasi kesiapan yang akan melibatkan lintas sektor untuk mengantisipasi jika penyakit ini masuk ke Indonesia.

Apa itu Pneumonia?

Senada Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto, melalui keterangan tertulis, mengatakan belum ada vaksin yang dapat mencegah pneumonia akibat coronavirus yang menyebar di China. Sebab, kata dia, pneumonia yang terjadi di Wunan, China disebabkan oleh coronavirus jenis baru.

Ia menjelaskan pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, dan kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia

Pneumonia, berdasarkan sumber infeksi, dibagi menjadi tiga yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital acquired pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP). Dari ketiganya, yang sering terjadi dan dapat bersifat serius, bahkan kematian, adalah pneumonia komunitas.

Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang. Pneumonia menyerang sekitar 450 juta orang setiap tahunnya. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar dua persen. Sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8 persen.

Berdasarkan data Kemenkes 2014, jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23 persen-27 persen dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19 persen. Tahun 2010 di Indonesia pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan crude fatality rate (CFR) atau angka kematian penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus adalah 7,6 persen.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15 persen kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita pada tahun 2015. Dari tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak di bawah lima tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun, tercatat mencapai 505.331 pasien dengan 425 pasien meninggal. Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperkirakan 43.309 kasus pneumonia atau radang paru pada balita selama tahun 2019.

Belum Ada Laporan Novel Coronavirus di Bandara Soekarno Hatta

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno Hatta, Anas Ma'ruf mengatakan belum ada laporan penumpang dari China yang diduga terkena pneumonia akibat corona virus jenis baru. Menurutnya, pihaknya juga sudah memiliki ruang isolasi bagi penumpang yang diduga terinfeksi penyakit ini.

"Jadi untuk ruang isolasi di masing-masing pintu masuk, kita punya. Di Bandara Soekarno Hatta ada ruang isolasi untuk melakukan pemeriksaan bila kita temukan pelaku perjalanan yang tertangkap kamera penyidik suhu atau pengawasan petugas kita dengan gejala batuk, sesak dan sebagainya," jelas Anas Ma'ruf.

Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, ada 59 kasus pneumonia di Kota Wuhan, China pada 31 Desember 2019 hingga 5 Januari 2020, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis. Dua orang yang lanjut usia dan dengan penyakit penyerta kemudian meninggal pada 16 dan 17 Janauri 2020. Penyebab pneumonia tersebut kemudian diketahui novel coronavirus (2019-nCoV), jenis virus baru yang satu family dengan virus penyebab SARS dan MERS. Penyebab penularan virus ini masih belum jelas, namun dicurigai disebabkan oleh hewan (zoonosis) dan belum dibuktikan adanya penularan dari manusia ke manusia. [sm/ka]

XS
SM
MD
LG