Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Windra Woworuntu mengatakan belum mengetahui tempat karantina yang akan digunakan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Padahal, sejak Kamis (30/1) sore Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan untuk segera mengevakuasi WNI dari Wuhan.
Menteri Luar Negeri Retno dalam jumpa pers di Kantor Kemenlu pada Jumat (31/1) juga menyampaikan pesawat penjemput dan tim akan diberangkatkan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Meski tidak mengetahui lokasi karantina, Windra menegaskan kementeriannya telah menyiapkan sejumlah langkah dan siap menangani ratusan WNI yang akan kembali ke tanah air.
"Belum tahu ke bandara mana. Semua lagi dibicarakan, kalau mau tanya, tanya Menlu. Kami siap di manapun nanti landing di mana. Jadi artinya mau di Jakarta, di Bandung semuanya siap. Jadi di manapun posisinya adalah karantina," jelas Windra di kantor Kemenkes, Jakarta, Jumat (31/1).
Kemenkes memastikan pemerintah akan menanggung kebutuhan dasar WNI selama masa karantina selama 14 hari sesampainya di Indonesia. Menteri Kesehatan juga berencana membuat buku panduan karantina WNI yang berasal dari Wuhan untuk rumah sakit. Buku panduan tersebut berisi pola makan, olahraga, kesenian yang bertujuan menjaga WNI dari Wuhan tetap sehat dan tidak stres.
Kapuspen TNI: Pesawat Yang Disiapkan Sesuai SOP Inpres 2019
Senada dengan Kemenkes, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi juga tidak menjawab pesawat yang akan digunakan untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan. Ia hanya menuturkan pesawat yang disiapkan sesuai dengan standar operasi prosedur (SOP) yang merujuk kepada Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global dan kedaruratan nuklir, biologi dan kimia.
"Untuk evakuasi WNI dari Wuhan sepenuhnya kewenangan kementerian luar negeri," jelas Sisriadi melalui pesan singkat online, Jumat (31/1).
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri juga belum menyampaikan pesawat yang akan digunakan untuk menjemput dan akan dikarantina. Sejumlah pertanyaan wartawan di grup WhatsApp Kemenlu tidak mendapat respons dari pejabat Kemenlu.
Indonesia Punya Alat Deteksi Virus Corona 2019
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty memastikan Indonesia memiliki alat pendeteksi virus corona 2019 sejak akhir Desember 2019 lalu. Peralatan dan kemampuan deteksi tersebut juga sudah mendapat pengakuan dari Organisasi kesehatan Dunia (WHO).
"Jadi testing kit itu sudah ada di Indonesia. Sejak kasus ini merebak sudah ada pedoman dari WHO untuk mendeteksi virus ini. Dan kami sudah menyesuaikan check list reagen-reagen yang dibutuhkan WHO, dan WHO menerima itu. Berarti kami bisa melakukan pemeriksaannya," jelas Vivi.
Vivi menjelaskan pemeriksaan terhadap orang yang diduga terinfeksi virus membutuhkan waktu sekitar 2 hari. Menurutnya, sejauh ini sudah ada 30 orang yang diduga terinfeksi virus yang menjalani pemeriksaan dan hasilnya dinyatakan negatif virus corona.
Total ada 243 WNI dari Wuhan, Provinsi Hubei, China yang diperkirakan akan mendarat di Indonesia, pada Sabtu (1/2). Mereka akan dikarantina selama 14 hari setibanya di Indonesia. Bagi yang positif terinfeksi virus akan dirujuk ke rumah sakit.
Pemerintah menyatakan telah ada 100 rumah sakit rujukan yang mampu menangani pasien yang positif terinfeksi novel coronavirus 2019. Rumah sakit yang berada di Jakarta antara lain Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Jakarta Utara, Rumah Sakit Tarakan, dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Kamis (30/1), WHO telah menyatakan wabah virus corona ini sebagai ancaman darurat kesehatan global. Otoritas Kesehatan Provinsi Hubei menyebutkan total ada 213 orang yang meninggal dan 8.100 orang lainnya di Tiongkok telah terjangkit virus ini per per Jumat (31/1). [sm/em]