Lebih dari 1.400 paket sembako dibagikan pada kelompok masyarakat yang paling rentan secara ekonomi terdampak virus corona, yaitu para sopir angkot, tukang becak, ojek online, dan pedagang kaki lima yang pendapatannya sebulan terakhir ini anjlok drastis.
Menurut Presidium Gusdurian Jawa Timur, Yuska Harimurti, posko “Saling Jaga” yang didukung berbagai elemen masyarakat lintas agama, etnis dan profesi ini ingin membantu masyarakat ekonomi bawah yang paling terdampak secara ekonomi dengan adanya pandemi corona.
“Kita mengundang masing-masing per kelompok-kelompok lima orang sampai sepuluh orang itu datang. Untuk hari ini para sopir bemo (angkot) di lyn Joyoboyo, di Terminal Joyoboyo sama beberapa teman pedagang di (sekitar) Kebun Binatang Surabaya," kata Yuska Harimurti.
"Karena kita tahu bahwa semenjak Kebun Binatang Surabaya tutup, itu banyak pedagang pasti akan terdampak. Jadi, mereka kita undang ke sini (posko salingsiaga), kita berusaha tidak menciptakan kerumunan, karena prinsip-prinsip pencegahan itu juga kami sangat jaga di posko ini, (jadi) bagi waktu,” tambahnya.
Selain program bantuan sembako, Posko “Saling Jaga” ini juga membantu alat semprot disinfektan yang diberikan kepada masyarakat melalui Rukun Warga (RW). Tujuannya agar masyarakat memiliki kemandirian dan kerja sama untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Selain itu posko Saling Jaga juga memberi bantuan alat kesehatan kepada rumah sakit yang membutuhkan.
Yuska menambahkan melalui pemberian bantuan kepada masyarakat miskin, para relawan Posko “Saling Jaga” juga memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai virus corona, serta bagaimana penanganan dan pencegahannya.
“Program ini juga, membuat kita untuk bersosialisasi tentang apa itu virus Covid-19, pencegahannya, penanganannya, termasuk menyampaikan informasi-informasi yang disamaikan oleh pemerintah tentang hotline penanganan dan segala macam," kata Yuska.
"Jadi, kita berpikir bahwa salah satu tindakan yang diperlukan sekarang adalah memberikan pendidikan untuk publik. Mereka punya kesadaran tentang masalah pencegahan dampak corona ini,” imbuh Yuska.
Seorang warga Joyoboyo, Ahmad Purwanto, yang berprofesi sebagai ojek dan pedagang kaki lima, mengaku pendapatannya sebagai ojek pangkalan turun drastis sejak merebaknya corona. Apalagi karena tempat ia berdagang di sekitar Terminal Joyoboyo dan Kebun Binatang Surabaya kini sepi pembeli.
“Satu hari kita dapat satu, kadang dua (penumpang). Kalau jualan di (sekitar) Joyoboyo sekarang diobrak (digusur), sekarang saya pindah di rumah jualan gorengan sama es jus, ya kadang empat ribu, tiga ribu harganya. Sehari-harinya kita juga, memang kekuranganlah. Ya kita bersyukur, kita dapat bantuan (sembako),” ujar Ahmad Purwanto.
Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) adalah salah satu diantara belasan komunitas yang ikut terlibat di posko “Saling Jaga,” dengan menggerakkan anggotanya ikut menyumbang sembako bagi masyarakat yang terdampak ekonomi karena corona.
Ketua INTI Cabang Surabaya, Richard Susanto, berharap gerakan Saling Jaga ini juga menginspirasi kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas untuk mau peduli sesama. Terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hariannya akibat tidak dapat bekerja atau berkurang penghasilan hariannya.
“Mungkin kami tidak bisa seluruhnya. Jadi, kami dengan semua, kita mengimbau warga atau masyarakat Surabaya khususnya, dan Indonesia pada umumnya, kita bersama-sama bisa membantu sesama saudara kita yang sekarang terganggu (secara ekonomi), mungkin bisa (untuk) beberapa bulan ke depan,” terang Richard Susanto kepada VOA.
Tidak hanya di Surabaya, Posko Saling Jaga juga didirikan di 40 kota lain di Indonesia, terutama di daerah yang menjadi zona merah kasus corona. Gerakan peduli ekonomi masyarakat ini akan terus digalang hngga corona tidak lagi berdampak di masyarakat. [pr/em]