Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berulang kali menyatakan, salah satu tujuan pemerintahnya yang baru adalah menganeksasi atau mencaplok lebih banyak bagian Tepi Barat milik Palestina. Minggu ini ia menambahkan bahwa rencana itu termasuk aneksasi Lembah Yordania. Aneksasi itu akan berdampak pada puluhan komunitas suku Badui yang telah tinggal di sana sejak tahun 1950-an.
Bahkan sebelum adanya krisis yang disebabkan virus corona, banyak dari sekitar 3,000 orang warga suku Badui yang tinggal di kemah-kemah dan gubuk yang tersebar di kawasan Tepi Barat, hidup dalam keadaan serba kekurangan.
Di "Daerah C", yang merupakan 60 persen kawasan Tepi Barat sudah dikuasai sepenuhnya oleh Israel, yang menurut Perdana Menteri Netanyahu akan dianeksasi oleh Israel.
Ke-35.000 warga Palestina yang tinggal di Daerah C itu, termasuk orang-orang suku Badui, praktis tidak mendapat layanan apapun dari pemerintah Israel.
Kata Avner Haramati, dari kelompok Sahabat Jahalin, yang mendukung hak-hak warga Palestina dan suku Badui.
"Sebagian layanan sosial diberikan oleh Israel dan sebagian lainnya disediakan oleh pemerintah Palestina. Pendidikan dan layanan kesehatan diberikan oleh Palestina, dan berbagai proyek infrastruktur sedianya akan dibangun oleh Israel, tapi sampai sekarang itu belum terlaksana.”
Untuk mengisi kekosongan itu, relawan-relawan Israel membagikan makanan bagi keluarga suku Badui di Tepi Barat.
Avner Haramati menambahkan, “Hari ini kami sedang mengumpulkan makanan, sebagian disumbangkan dari kawasan Tepi Barat, lainnya dari Yerusalem. Mereka memberikan sayuran dan buah-buahan. Kami membuat paket-paket yang akan kami bagikan ke berbagai komunitas. Kami lakukan hal ini sekali atau dua kali seminggu untuk kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukannya.”
Eid Khamis Jahalin, seorang ayah yang punya tujuh orang anak di desa Khan al-Ahmar mengatakan situasinya semakin buruk karena adanya pandemi virus corona.
Kebanyakan warga suku Badui di kawasan itu adalah penggembala ternak, tapi mereka tidak bisa menjual hasil peternakan mereka di Tepi Barat, ataupun bekerja di tanah-tanah pertanian yang dikuasai Israel.
Eid Khamis mengatakan, “Tidak ada orang suku Badui yang terpapar virus corona di sini. Kami hidup di padang pasir, tapi kami mengalami banyak masalah yang diakibatkan oleh pandemi itu. Tidak ada orang yang datang dan menjelaskan kepada warga suku Badui trentang apa itu virus corona, dan bagaimana mencegah penularannya. Selain itu, karena adanya pandemi, pemerintah Israel dan Palestina telah menutup kawasan ini.”
Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan desa Khan al-Ahmar akan dihancurkan dan penduduknya dipindahkan ke tempat lain. Penghacuran desa itu akan memungkinkan Israel memperluas permukiman Yahudi, yang nantinya akan memecah kawasan Tepi Barat menjadi dua dan memudahkan aneksasi oleh Israel. [ii/jm]