Regulator Amerika Serikat, Senin (15/6), mencabut otorisasi darurat penggunaan obat malaria yang dipromosikan Presiden Donald Trump untuk mengobati virus corona. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya bukti bahwa obat-obatan itu tidak bekerja dan dapat menimbulkan efek samping yang serius.
Badan Urusan Pangan dan Obat-Obatan Amerika (Food and Drug Administration/FDA) mengatakan hidroksiklorokuin dan klorokuin tidak efektif untuk mengobati virus corona. Mengutip sejumlah laporan tentang komplikasi penyakit jantung yang ditimbulkan, FDA mengatakan manfaat obat yang belum terbukti itu tidak lebih besar dari risiko dan potensi risikonya.
Obat-obatan yang sudah puluhan tahun diresepkan untuk penyakit lupus dan rematik itu dapat menimbulkan masalah detak jantung, tekanan darah yang sangat rendah dan kerusakan otot atau syaraf.
Langkah FDA ini berarti pengiriman obat-obatan yang diperoleh oleh pemerintah federal tidak lagi akan didistribusikan ke otoritas kesehatan di negara bagian dan lokal untuk digunakan mengatasi virus corona. Obat-obatan itu masih akan tersedia untuk penggunaan alternatif, sehingga para dokter masih dapat meresepkan obat-obatan tersebut untuk virus corona, praktik yang dikenal sebagai “off-label prescribing” atau praktik di mana dokter memberikan obat-obatan yang sudah disetujui FDA untuk merawat kondisi lain selain kondisi yang diderita pasien.
Associated Press melaporkan Dr. Steven Nissen, seorang peneliti di Cleveland Clinic yang menjadi penasihat FDA, setuju dengan keputusan itu dan mengatakan sejak awal ia tidak akan mengijinkan penggunaan obat-obatan itu untuk tujuan darurat.
Langkah FDA dan National Institutes of Health (NIH) mengirim sinyal yang jelas kepada para profesional kesehatan terhadap tindakan memberikan resep obat-obatan itu bagi pasien virus corona.
Trump secara agresif mendorong penggunaan obat itu pada minggu-minggu pertama perebakan virus corona dan mengejutkan para profesional kesehatan ketika ia mengungkapkan bahwa ia sendiri telah mengkonsumsi obat-obatan itu sebagai pencegahan agar tidak tertular virus corona.
Belum ada kajian dalam skala besar yang memastikan bahwa obat-obatan itu aman atau efektif untuk mencegah atau merawat Covid-19. Serangkaian studi justru menunjukkan dengan jelas bahwa obat-obatan itu lebih banyak menimbulkan bahaya.
FDA menjamin penggunaan obat-obatan itu bagi pasien virus corona untuk tujuan darurat akhir Maret lalu, pada saat yang sama ketika pemerintah Amerika menerima sumbangan 30 juta dosis hidroksiklorokuin dan klorokuin dari dua perusahaan farmasi asing. Jutaan dosis ini telah dikirim ke sejumlah rumah sakit di Amerika untuk merawat pasien yang tidak terdaftar dalam uji klinis. [em/pp]