Inggris telah memberi izin penggunaan vaksin Covid-19 kedua di negaranya, yang dikembangkan Universitas Oxford dan perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca, pada hari Rabu. Inggris menjadi negara pertama yang memberi lampu hijau bagi vaksin yang dinilai mudah digunakan tersebut, sehingga para pengembangnya berharap vaksin itu bisa menjadi “vaksin bagi dunia.”
Departemen Kesehatan Inggris mengaku telah menerima rekomendasi dari Badan Regulator Obat dan Produk Kesehatan (MHRA) untuk mengizinkan penggunaan vaksin tersebut.
Kepala Badan Regulator Obat dan Produk Kesehatan Inggris, June Raine, mengatakan, “Vaksin Covid-19 AstraZeneca ini telah disetujui untuk digunakan pada individu berusia 18 tahun ke atas dengan dua dosis standar, yang diberikan dalam jarak empat hingga 12 pekan.”
Sebagian hasil penelitian terhadap 24.000 orang di Inggris, Brazil dan Afrika Selatan menunjukkan vaksin itu aman dan 70% efektif mencegah penyakit dari infeksi virus corona.
Kelompok Kerja Komisi Ahli Obat-obatan Manusia (CHM) Inggris, yang melakukan tinjauan bergulir untuk vaksin tersebut mengatakan butuh 22 hari bagi penerima vaksin untuk memperoleh “kekebalan parsial setelah dosis pertama.”
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pada hari Rabu (30/12) bahwa persetujuan vaksin AstraZeneca akan mempercepat program vaksinasi virus corona Inggris.
Dalam wawancara dengan Sky News, seperti dikutip Associated Press, Hancock mengatakan, “Dengan persetujuan pagi ini, saya sangat yakin kita bisa selesai memvaksinasi orang-orang yang rentan terinfeksi virus corona pada musim semi, kita bisa melihat jalan keluar dari pandemi ini. Beberapa minggu ke depan akan jadi masa yang sulit. Maka sangatlah penting agar orang-orang mematuhi aturan dan melakukan segalanya untuk menghentikan penularan, terutama virus corona jenis baru yang bisa menular jauh lebih cepat.”
Akan tetapi, bukan hal mudah bagi Inggris keluar dari pandemi. Pasalnya, virus jenis baru itu menyebabkan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat inap memecahkan rekor, sampai-sampai sejumlah pasien harus dirawat di mobil ambulans karena kamar rawat yang sudah penuh.
Will Broughton dari British College of Paramedics mengatakan, “Staf ruang kontrol harus membuat keputusan yang luar biasa sulit untuk memutuskan siapa yang akan dijemput ambulans dan seperti apa urutannya. Seringkali ketika banyak sekali orang yang meminta ambulans, mereka sudah kehabisan petugas.”
Virus corona jenis baru itu pertama kali ditemukan di Inggris dan kini telah menyebar ke beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, di mana kasus pertama terdeteksi di Colorado pada hari Selasa (29/12). Para ilmuwan mengatakan virus itu lebih menular, meski tidak menyebabkan gejala yang lebih parah dari jenis sebelumnya.
Sementara itu, vaksin AstraZeneca sendiri diharapkan dapat diandalkan di banyak negara karena harganya yang murah, ketersediaannya dan kemudahan penggunaannya.
Vaksin itu dapat disimpan di lemari es pada umumnya, tidak seperti beberapa vaksin lain yang memerlukan lemari pendingin ultra-dingin.
AstraZeneca akan menjual vaksinnya seharga $2,5 atau sekitar Rp35.000 per dosis dan berencana memproduksi hingga 3 miliar dosis sampai akhir 2021. [rd/jm]